SUMENEP, TEROPONGMEDIA.ID — Madura Ethnic Carnival (MEC) 2025 kembali digelar sebagai sebuah ruang ekspresi dan transformasi budaya, sekaligus menjadi penggerak ekonomi kreatif masyarakat.
Acara yang berlangsung di depan Labang Mesem Keraton, Sumenep, pada Sabtu (20/9/2025) ini menegaskan komitmen pelestarian kearifan lokal di tengah arus modernisasi.
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, menyatakan bahwa MEC bukan sekadar festival, tetapi merupakan wahana strategis untuk mempromosikan kekayaan budaya Madura hingga tingkat nasional.
“Ini adalah ruang ekspresi, pelestarian, dan transformasi budaya lokal agar tetap hidup,” ujar Fauzi, mengutip Info Publik, Minggu (21/9).
Ia juga mendorong generasi muda, khususnya di bidang fashion, untuk memanfaatkan MEC sebagai media menampilkan kreativitas dan memperkuat identitas budaya.
Melalui ajang ini, muncul desainer muda berbakat yang mampu menuangkan ide inovatif ke dalam kostum-kostum bernuansa lokal.
“Kami ingin MEC menjadi pembuktian kreativitas anak muda, baik dari Madura maupun luar daerah, untuk mengembangkan potensi dan mempromosikan budaya lewat karya yang penuh makna,” tegas Bupati.
Tidak hanya aspek budaya, MEC juga memberikan dampak ekonomi signifikan. Ribuan pengunjung yang hadir turut memacu transaksi ekonomi, khususnya bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan sektor pariwisata. “Inilah bentuk konkret ekonomi berbasis budaya,” tandasnya.
Event Madura Ethnic Carnival 2025 yang diinisiasi oleh Komunitas Jurnalis Sumenep (KJS) ini menampilkan beragam hiburan, termasuk musik tong-tong, kolaborasi band rock dengan kesenian tradisional kalenengan, serta penampilan bintang tamu.
BACA JUGA
Festival Seni Multatuli 2025: Magnet Kemajuan Budaya di Tanah Lebak
Ketua KJS, M. Hariri, menyatakan komitmennya untuk menyelenggarakan MEC secara profesional dan penuh totalitas. “MEC diharapkan menjadi ikon budaya Madura yang memperkuat identitas lokal,” ujarnya.
Antusiasme peserta terlihat dari keikutsertaan kreator tidak hanya dari kabupaten di Madura, tetapi juga dari Jember, Malang, Bondowoso, Surabaya, dan daerah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa MEC telah menjadi ajang budaya yang dinanti dan diakui secara regional.
(Aak)