BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Liam Lawson, pembalap muda asal Selandia Baru, mengaku jalan menuju impian masa kecilnya sebagai juara dunia Formula 1 kini terasa semakin samar. Pengakuan itu datang setelah pengalaman pahitnya bersama Red Bull Racing, tim yang sempat memberinya peluang emas namun hanya berlangsung singkat.
Lawson sempat mencuri perhatian dunia ketika dipromosikan ke tim utama Red Bull pada akhir musim 2024. Ia didapuk menggantikan Sergio Perez dan langsung dipasangkan dengan juara bertahan, Max Verstappen. Kesempatan itu datang setelah dirinya hanya mengantongi 12 start di Formula 1 bersama tim junior: enam balapan pada 2023 dan enam lagi pada 2024.
Namun, harapan besar itu kandas lebih cepat dari dugaan. Setelah hanya tampil dua kali di Grand Prix Australia dan China, yang bahkan belum pernah ia jajal sebelumnya Lawson diturunkan kembali ke Racing Bulls. Kursi Red Bull pun dikembalikan kepada Yuki Tsunoda.
Baca Juga:
Di Tengah Krisis, Verstappen Jadi Pilar Harapan Red Bull di Formula 1 2025
Kini, Lawson harus kembali bersaing ketat di tim satelit bersama rookie asal Prancis, Isack Hadjar, yang tengah naik daun dan digadang-gadang menjadi bintang masa depan Red Bull. Situasi ini membuat masa depan Lawson semakin tidak menentu.
“Sejak kecil mimpi saya adalah menjadi juara dunia, meraih kemenangan di Formula 1, dan berada di level tertinggi olahraga ini,” ujar Lawson , melansir Sky Sports F1, Rabu (17/9/2025).
“Itu masih tujuan utama saya, tetapi di mana saya bisa mewujudkannya, sekarang tidak sejelas yang saya bayangkan dulu,” lanjutnya.
Lawson pun tercatat sebagai pembalap dengan masa kerja terpendek dalam sejarah Red Bull Racing. Meski demikian, ia mengaku banyak mengambil pelajaran dari masa singkatnya di tim utama.
“Kalau diulang lagi, mungkin ada beberapa hal yang bisa dilakukan berbeda. Tapi begitulah balapan. Anda selalu belajar setelahnya, selalu melihat ke belakang, dan pasti ada hal-hal yang bisa diperbaiki,” tambahnya.
Meski penuh lika-liku, Lawson menegaskan ambisinya belum padam. Ia masih menyimpan keyakinan bisa menembus level tertinggi Formula 1, meski jalannya kini lebih berliku dari yang pernah ia bayangkan.
(Budis)