BANDUNG,TM.ID: Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah. Dalam upayanya, Sekretaris Daerah (Sekda) Ema Sumarna menyoroti perlunya edukasi yang efektif. Menurutnya, edukasi adalah kunci untuk membawa perubahan positif dalam mengatasi permasalahan sampah yang belum terselesaikan.
Menurut Ema, masyarakat harus dipandu melalui edukasi dan ‘paksaan’. Meskipun ada yang berpendapat bahwa pendekatan paksaan perlu diterapkan, Ema Sumarna menegaskan bahwa edukasi adalah kunci utama.
“Masyarakat itu harus dipaksa bagaimana caranya mengelola dan menyelesaikan sampah di hulu, ya kecilnya kan di rumah tangga masa gak bisa untuk memilah, nah kalau gak bisa saya ingin tahu apa alasannya,” ungkap Ema di Bandung, Senin (13/11/2023).
Ema juga menekankan fleksibilitas dalam metode edukasi. Meskipun banyak metode yang telah diberikan, seperti metode kompos hingga loseda, Pemkot Bandung tidak mengabaikan kebutuhan variasi. Dalam pandangannya, metode-metode ini bukanlah barang mewah dan dapat diakses oleh masyarakat dengan biaya terjangkau.
“Kita tidak akan pernah kaku dengan masalah metode, dan itu bukan barang mewah, dengan 75 ribu saya pikir sudah bisa punya loseda, sudah bisa punya kompos, tidak harus selalu menunggu pemberian yang penting ada komitmen dulu, ayo kita berubah,” tambahnya.
BACA JUGA: Disnaker Kota Bandung Gencarkan Program Padat Karya, Target Kelola 151 Ton Sampah Sehari
Edukasi tidak hanya tentang menyediakan informasi, lanjut Ema, tetapi juga merubah pola pikir masyarakat terkait sampah. Menurut Ema, jika pola pikir masyarakat masih dalam kebiasaan membuang, Kota Bandung akan terus menghadapi masalah lautan sampah.
“Karena semangat masyarakat nya bukan mengolah, bukan menyelesaikan tapi membuang, nah ini kan sudah tidak sesuai lagi, jadi kita sedang berupaya dan kita tidak akan pernah bosan apalagi kita juga sedang mengejar batasan waktu kedaruratan,” tegasnya.
Edukasi bukan hanya tentang memberikan informasi, tetapi juga merubah sikap dan kebiasaan. Ema Sumarna menyatakan bahwa masyarakat perlu dipandu dan dipaksa melalui edukasi agar memahami cara yang benar dalam mengelola sampah di hulu.
(Rizki Iman/Budis)