BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Indonesia lanjutkan negosiasi tarif resiprokal dengan Amerika Serikat menysul ditetapkannya tarif sebesar 32 persen terhadap seluruh produk Indonesia yang masuk ke AS. Indonesia tawarkan penambahan impor Energi hingga investasi mineral kritis.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan untuk tetap menawarkan penambahan nilai impor energi dari Amerika Serikat dalam negosiasi lanjutan. Tawaran ini sebagai upaya untuk menyeimbangkan defisit neraca dagang antara Indonesia dan AS.
“Ini kan Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto) masih mengupayakan. Kami tawarkan trade balance (penyeimbangan neraca perdagangan) dari sisi energi sekitar 15 miliar dolar AS,” ucap Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, seperti dikutip dari Antara, Jumat (11/7/2025).
Adapun komoditas dari sektor energi yang akan diimpor oleh Indonesia dari Amerika Serikat terdiri atas minyak mentah (crude) dan LPG.
Yuliot mengklarifikasi bahwa Indonesia tidak berencana untuk mengimpor LNG dari AS. Hal ini dikarenakan produksi LNG di dalam negeri masih cukup, bahkan berlebih hingga dapat melakukan ekspor.
Selain sektor energi, Kementerian ESDM juga menawarkan AS untuk berinvestasi di logam tanah jarang dan sektor pertambangan mineral kritis Indonesia.
“Ya, ini kami sudah identifikasi, untuk logam tanah jarang dan juga mineral kritis, ini kami sudah sampaikan kepada Pak Airlangga untuk ditawarkan (ke AS),” ujar Yuliot.
Baca Juga:
Negosiasi Tarif Dagang Indonesia-AS Masuki Babak Baru
Donald Trump Surati Prabowo, Tetapkan Kenaikan Tarif Baru Hingga 32%
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang ditunjuk sebagai delegasi Pemerintah Indonesia menyampaikan kesepakatan negosiasi lanjutan antara Indonesia dan AS.
“Kita sudah memiliki pemahaman yang sama dengan AS terkait progres perundingan. Ke depan, kita akan terus berupaya menuntaskan negosiasi ini dengan prinsip saling menguntungkan,” ujar Airlangga Kamis (10/7/2025), seperti dikutip dari Antara.
Airlangga telah melaksanakan pertemuan dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Kepala Kantor Perwakilan Dagang (United States Trade Representative/USTR) Jamieson Greer di Washington D.C, AS.
“Pertemuan ini menjadi langkah penting dalam upaya memperkuat kerja sama perdagangan antara Indonesia dan AS,” kata Airlangga.
Dalam pertemuan tersebut, Airlangga menyampaikan perundingan yang mencakup isu-isu tarif, hambatan non-tarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, serta kerja sama komersial dan investasi.
Selain itu Indonesia dan AS juga melihat potensi besar untuk memperluas kerja sama khususnya di sektor strategis seperti mineral kritis.
“AS menunjukkan ketertarikan yang kuat untuk memperkuat kemitraan di bidang mineral kritis. Indonesia memiliki cadangan besar nikel, tembaga, dan kobalt, dan kita perlu mengoptimalkan potensi kerja sama pengolahan mineral kritis tersebut,” ujar dia.
Hingga kini, proses negosiasi tarif lanjutan masih berlangsung dan Pemerintah Indonesia masih menunggu Keputusan akhir dari Amerika Serikat.
Meskipun begitu, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diterima oleh Pemerintah AS untuk membahas kelanjutan kesepakatan tarif, menyusul pengumuman pengenaan tarif impor dari Presiden Donald Trump ke sejumlah negara pada 7 Juli 2025.
Airlangga menilai, adanya kesepakatan untuk melanjutkan perundingan tarif ini mencerminkan kuatnya komitmen kedua negara untuk menjaga stabilitas hubungan dagang.
(Raidi/Budis)