Kisah Epik Fajar Nugraha yang Sukses Membangun Bisnis Sepatu Wanita

Penulis: Aak

Fajar Nugraha Founder Adorable Project - YouTube JNE ID
Fajar Nugraha Founder Adorable Project (Tangkap layar YouTube JNE ID)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Berawal dari usaha kecil-kecilan, membuat aksesori bermodalkan Rp182 ribu, tidak punya jaringan, skill pun seadanya, tetapi Fajar Nugraha bersama sang istri, Ira Hanira, kini sudah mengelola bisnis fashion wanita dengan angka penjualan antara 160 hingga 240 ribu pasang sepatu per tahun. Kesuksesan bisnis mereka juga tak lepas dari peran JNE, perusahaan jasa pengiriman ternama yang setia menemani semenjak usaha di tahap rintisan hingga berkembang seperti saat ini.

Luar biasanya, ratusan ribu pasang sepatu wanita itu bukan dihasilkan mesin-mesin canggih seperti pabrik sepatu modern lainnya, melainkan hasil kreasi tangan-tangan terampil ratusan perajin lokal yang tersebar di wilayah Bandung Raya. Saat ini Adorable Project melibatkan sekitar 280 sumber daya manusia. Sedikitnya ada 80 orang yang bekerja di inhouse Adorable, sedangkan perajin yang tersebar di beberapa workshop di tempat lain kurang lebih 200 orang.

Fajar Nugraha, pria berusia 39 tahun ini telah 17 tahun menekuni bisnis berbasikan UMKM dengan berbagai dinamika serta lika-likunya. Tidak melulu produk yang dihasilkannya mulus, terkadang tak sesuai ekspektasi customer atau bahkan gagal dalam produksi. Namun Fajar dan Ira tak pernah menyerah. Mereka gigih untuk terus memperbaki kualitas produk sampai konsumennya menerima pesanan dengan senyum puas.

“Banyak janda-janda sepuh yang terlibat dalam produksi Adorable Project ini, seperti bagian packing atau tugas-tugas ringan lainnya. Saya mendapat dorongan dari orang tua untuk menjadikan usaha ini sebagai ladang rejeki bagi banyak orang agar hasilnya berkah, tidak semata mengejar keuntungan pribadi,” ungkap Fajar kepada Teropong Media ID.

Perjalanan Bisnis yang Epik

Tahun 2008 lalu sebagai langkah awal merintis usaha, Fajar mencoba mencari penghasilan sampingan di sela kesibukannya sebagai head cashier di sebuah Bar di Paris Van Java (PVJ) Kota Bandung. Ia berjualan aksesori seperti gantungan kunci, kalung dan cincin, yang kemudian berkembang ke produksi sepatu termasuk tas wanita.

Kala itu Fajar juga sambil beternak ayam kampung di belakang rumahnya. Selain untuk konsumi sendiri, telur yang dihasilkan dijualnya ke teman-teman kerja. Namun ia juga sambil berjualan pulsa dan kredit handphone. Kemudian pada tahun 2009, memutuskan untuk kuliah di Universitas Widyatama Bandung.

“Kalo ditanya cape, ya cape banget. Pada saat itu ngerjainnya sambil kerja malem sampe subuh,” katanya.

Ternyata kesibukannya tidak sampai di situ karena ia harus ke pasar subuh untuk memungut sisa-sisa sayuran taoge untuk campuran pakan ayam kampungnya. Terkadang ia juga harus meluncur ke Padalarang di wilayah Bandung Barat untuk berburu bekatul yang banyak biji halus berasnya di sebuah penggilingan padi. Dari sana berlanjut ke kampus untuk mengikuti kuliah. Walhasil ia kewalahan juga, kuliahnya hanya bertahan setengah semester karena gagal fokus.

“Sampe akhirnya saya ada feeling, saya tinggalkan kuliah, semua kegiatan saya fokuskan di Adorable Project,” tegas Fajar.

Saat itu Fajar bersama Ira terbilang nekat dalam berbisnis sepatu karena keduanya samasekali tidak mempunyai pengalaman termasuk relasi suplayer bahan baku sepatu. Namun keduanya punya mantra sakti dalam berbisnis, yakni tabu untuk menyerah. Ditelusurinya para suplayer itu di sentra kerajinan sepatu Cibaduyut Bandung. Fajar pun kerap mengejar para pembeli bahan baku sepatu untuk sekedar menanyakan harga, varian, dan kualias bahan.

“Akhirnya kita cetak sepatu, belajar dari nol dengan selisih keuntungan yang rendah juga. Cape sih cape, tapi karena ada feeling nih yang susah dideskripsikan, capenya jadi gak kerasa. Semangat walau tidak mengerti. Feeling tiap hari excited, lampu merah jadi sangat berarti sambil balesin chat customer, sehari sering tidur cuma dua sampai tiga jam, jerawatan dan kurus karena tidur makan tidak teratur,” katanya.

Dorongan semangat itu berawal dari orang tua, terutama ayah dari Ira semenjak mereka berpacaran. Reaksi orang tua mendukung penuh saat keduanya memutuskan untuk memilih jalur wirausaha. Keyakinan Fajar dan juga Ira terjun total di dunia wirausaha tak pernah goyah meski harus dibayar dengan rasa lelah.

“Waktu itu prinsip saya, sebelum mati beneran coba deh kerja mati-matian,” tegasnya.

Fajar mengakui, inspirasi dan motivasi melakoni dunia usaha datang dari sang mertua. Bahkan motivasi itu terus-menerus diterimanya semenjak sebelum mereka menikah. Ia memastikan, setiap bertemu dengan bapak calon mertua, sudah bersiap untuk di-brainwash demi membentuk pola pikir yang produktif. Hingga timbullah pemikiran dalam benak, apabila memilih menjadi pegawai di sebuah perusahaan atau bahkan di lembaga pemerintahan, bisa jadi aman secara finansial, tetapi hanya untuk diri sendiri.

“Bagi saya bisa berkarya dengan pacar sampe jadi istri, berkarya bersama teman-teman sepermainan sejak remaja, itu epic sih. Kita wargi Bandung yang haha hihi kabayan gini, ternyata bisa juga berkarya,” ungkap Fajar.

Tantangan

Baginya, dunia usaha selalu dihadapkan pada situasi yang tidak menentu dan tantangan. Beberapa kali perhitungan bisnisna meleset, cash flow seret, bahkan sampai numpuk utang ke para suplayer. Termasuk juga gajian dan THR karyawan yang mepet hingga “injury time” menjelang lebaran. Bahkan ia pernah mengantongi uang hanya Rp30 ribu di hari lebaran, sisa pembayaran gaji dan THR para karywannya.

“Uang 30 ribu itu masih cukup lah untuk beli seporsi Bakmie Tasik, tapi dimakan berdua,”kenang Fajar.

Pernah juga ia mengalami kesalahan produksi. Modal ratusan juta pun hangus. Kala itu struktur sol sepatunya rapuh. Sedangkan suplayer sol dan perajin hanya bisa saling menyalahkan. Namun demi menjaga kepercayaan pelanggan, ia berani menggantinya dengan produk yang baru.

Bukan hanya itu, mimpi buruk lainnya pernah dialami ketika ribuan pasang sepatu tidak bisa dijual karena salah satu bagian materialnya yang sangat mudah rusak. Padahal ketika dites di laboratorium, material tersebut dinyatakan kuat termasuk tes garuknya yang juga memenuhi syarat. Namun ketika sepatu-sepatu itu masuk di kaki para customer, banjir komplainlah yang terjadi. Pada akhirnya kerugian itu ia ikhlaskan setelah belajar dari para petani yang lebih sering mengalami kegagalan dalam bercocok tanam.

“Mereka tidak pernah menyerah, saya jadi malu dan semangat lagi,” ungkapnya.

Kemitraan Saling Menguntungkan Bersama JNE

Sejak masa awal rintisan bisnisnya, JNE merupakan perusahaan jasa pengiriman yang menjadi andalan Adorable Project. Terlebih dalam penjualan produknya menitikberatkan di jalur online, di mana pemesan bisa datang dari luar daerah, antar pulau, bahkan luar negeri. Awalnya ia secara rutin mengirimkan pesanan melalui JNE cabang Setra Sari Kota Bandung karena rute perjalanan dari rumahnya di Cimahi ke tepat kerja di Paris Van Java (PVJ) yang berada di kawasan ini.

Menurutnya, pelayanan JNE sangat bagus dengan kultur yang selalu positif hingga saat ini. Para stafnya pun cukup ramah dengan vibes positif yang membuat betah setiap customernya. Kini, dengan kuantitas produk yang mencapai ratusan ribu pasang septau setiap tahunnya, JNE bersama Adorable Project bersepakat untuk menjalin kemitraan yang lebih intim melalui skema Implant System. Menimbang efektivitas dan efisiensi pengiriman barang, JNE membuka kantor kemitraan di workshop Adorable Project.

“JNE pelayanannya bagus, kulturnya selama ini selalu keliatan positif, staffnya juga ramah. Bikin betah good vibes lah pokoknya. Alhamdulillah beberapa orang yang dulunya sales counter JNE Setrasari masih terjalin silaturahmi sampai sekarang,” pungkas Fajar.

(Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
suzuki grand vitara
Suzuki Jual Grand Vitara Kaya 'Kacang Goreng', Laris Keras di India!
Siswi Sebuah SMA Negeri di Cirebon Nekad Mencoba Bunuh Diri, Diduga Depresi Orang Tua Tak Bisa Membiayai Sekolah, Begini Respon KDM
Siswi SMA Negeri di Cirebon Nekad Mencoba Bunuh Diri, Diduga Depresi Orang Tua Tak Bisa Membiayai Sekolah, Begini Respon KDM
minuman pemicu serangan jantung
Daftar Minuman Pemicu Serangan Jantung, Salh Satunya Kopi!
Film Bring Her Back
Tayang di Bioskop, Ini Sinopsis Bring Her Back
hyundai palisade
Hyundai Dituntut Pemilik Palisade, Rusak Komponen Vital
Berita Lainnya

1

Kelola Dana Otsus Kabupaten Mimika, DPRP Papua Tengah Minta Bentuk OPD Khusus

2

Penumpang Garuda Indonesia Kehilangan iPhone, Diduga Dicuri Kru Pesawat

3

BMKG Ingatkan Nelayan Waspadai Tinggi Gelombang Selatan Banten Bisa Capai 4 Meter

4

Pengawasan Dilakukan, Kemenhut Siapkan Langkah Hukum Terkait Aktivitas Tambang di Raja Ampat

5

Kisah Epik Fajar Nugraha yang Sukses Membangun Bisnis Sepatu Wanita
Headline
iphone penumpang garuda hilang
Penumpang Garuda Kehilangan iPhone, Seluruh Awak Kabin Dibebastugaskan!
Layanan kesehatan hewan
Hewan Peliharaan di Jakarta Bakal Dapat 'BPJS Kesehatan'
Charly Van Houten
Charly Van Houten Bebaskan Semua Penyanyi Bawakan Lagunya, Dunia-Akhirat!
Status Level II Waspada Gunung Dukono Meletus Kolom Abu Capai 1.100 Meter
Status Level II Waspada Gunung Dukono Meletus Kolom Abu Capai 1.100 Meter

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.