BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kinerja APBN di Jawa Barat sampai dengan 31 Agustus 2025 mencatatkan surplus regional sebesar Rp11,58 Triliun. Total pendapatan sebesar Rp90,11 Triliun (58,53% dari target), sementara total belanja Rp78,54 triliun (64,18% dari pagu).
“Penerimaan Negara sampai dengan 31 Agustus 2025 tumbuh 5,31% (yoy). Penerimaan Pajak tumbuh sebesar 5,31% (yoy) dikontribusi pertumbuhan Pajak Penghasilan, Cukai, dan Pajak Lainnya,” ujar Kepala Kanwil DJBC Jawa Barat, Finari Manan, saat konfrensi pers kinerja APBN Jabar, Senin (29/9/2025).
PPh tumbuh didorong oleh pertumbuhan sebagian besar jenis PPh kecuali PPh Psl 21 dan Psl 22 yang terkontraksi.
PPN dalam negeri yang terkontraksi 22,55% menyumbang kontraksi pada PPN dan PPnBM. Kontraksi PPN DN ini disebabkan berkurangnya kontribusi dari WP besar, peningkatan restitusi, dan turunnya konsumsi masyarakat.
Penerimaan Kepabeanan dan Cukai sebesar Rp19,66 triliun atau 64,25% dari target. Penerimaan Cukai tumbuh 5,06% menjadi penyumbang pertumbuhan pada penerimaan Bea dan Cukai. Didorong relaksasi penundaan pembayaran Cukai HT 90 hari. Selain itu, terdapat realisasi Bea Keluar (BK) sebesar Rp13,3 juta dari komoditas dan kayu pada KPBC Bogor (ekspor melalui PLB).
Realisasi PNBN sebesar Rp5,2 triliun arau 95,17% dari target, mengalami pertumbuhan sebesar 10,5% (yoy). Dengan rincian PNBN lainnya tumbuh 16,95% dan Pendapatan PNBN BLU 4,42%.
Belanja Negara telah terealisasi Rp78,54 triliun atau 64,18% dari pagu sebesar Rp122,36 triliun, secara yoy mengalami perlambatan terutama pada Belanja K/L sebesar 24,16%. Secara persebrase capaian terhadap pagu, kinerja Belanja Negara TA 2025 lebih baik dibandingkan TA 2024 ditopang kinerja realisasi Teansfer Daerah yang lebih baik. Belanja K/L sampai dengan 31 Agustus 2025 terealisasi sebesar Rp23,58 triliun atau 52,97% dari pagu, lebih lambat dibandingkan rahun lalu terutama pada Belanja Barang dan Modal sebagai dampak daei kebijakan efisiensi anggaran.
Transfer ke Daeeag dan Dana Desa tumbuh 5,17% dengan realisasi sebesar Rp54,96 triliun dengan capaian 70,6% dari pagu. Penyaluran TKD hingga 31 Agustus 2025 sudah mencapai Fp49,37 triliun (69,04%), sementara Dana Desa mencapai Rp5,59 triliun (88,21%).
Berbagai program prioritas terus berlanjut dan memberi manfaat kepada masyarakat di wilayah Jawa Barat. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah dilaksanakan di 27 kab/kota menjangkau 1,37 juta penerima manfaat.
Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) telah menjangkau 38 ribu penerima di 1.576 lokasi.
Perkembanvan pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDKMP), telah terbentuk 5.968 KDKMP yang telah berbadan hukum di seluruh kab/kota di Jawa Barat.
Program Sekolah Rakyat telah beroperasi 13 sekolah di 11 kab/kota dengan jumlah siswa sebanyak 1.480 siswa.
Program Revitalisasi Sekolah telah terealisasi sebesar Rp10,13 triliun yang dilaksanakan oleh tiga kementerian. Program SMA Unggul Garuda telah beroperasi 1 sekolah di SMA Cahaya Rancamaya, Bogor, telah berjalan sejak tahun ajaran 2025.
Capaian Prioritas Ketahanan Pangan untuk produksi beras telah mencapai 4,02 juta ton. Penyaluran KUR sebesar Rp18,65 triliun untuk 245 ribu debitur dan penualuran UMi sebesar Rp1,19 triliun untuk 246 ribu debitur.
Kondisi Makroekonomi Regional
Perekonomian Jawa Barat triwulan II 2025 tumbuh 2,33% (q-to-q) dan 5,23% (yoy). PDRB ADHK (yoy) sebesar Rp459,8 triliun dan ADHB sebesar Rp755,19 triliun.
Tingkat inflasi Agustus 2025 sebesar 1,77% (yoy) dengan IHK 108,79. Inflasi tertinggi di Kota Sukabumi (3,54%) dengan IHK 109,88, sedangkan terendah di Kab. Bandung (1,46%) dengan IHK 109,00. Penyumbang utama inflasi emas perhiasan, bawang merah, minyak goreng, kopi bubuk, tomat.
Beraca Perdagangan Jawa Barat Juli 2025 surplus USD 2,47 miliar. Total ekspor USD 3,51 miliar dan Total Impor USD 1,03 miliar. Pada Januari-Juli 2025, dilihat dari transaksi perdagangan Nonmigas dengam AS menunjukan suplus mencapai USD 3,40 miliar, sedangkan dengan Tiongkok dan Taiwan mengalami defisit USD 0,11 miliar dan USD 1,29 miliar.
Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat Agustis 2025 turun 0,53% menjadi 115,61 karena Indeks Harga yang Diterima Petani turun lebih dalam (0,72%) dibandingkan penurunan Indeks Harga yang Dibayar Petani yang hanya 0,19. Penyebab utama penurunan adalah turunnya harga komoditas pertanian yang diterima petani, meski harga beras di tingkat penggili gan justru mengalami peningkatan.
Di tengah berbagai ketidakpastian global yang didorong oleh perang dagang, volatilitas pasar keuangan dan harga komoditas, serta faktor geopolitik, pemerintab terus memperkuar momentum pertumbuhan ekonomi.
Kinerja APBN hingga Agustus 2025 tercatat on track, dan akan terus dioptimalkan untuk mendukung program prioritas nasional serta menjadi katalis pertumbuhan ekonomi.
Kualitas Belanja Negara terus ditingkatkan dan dipercepat realisasinya, sementara produktivitas Kas Negara terus dioptimalkan. Kinerja Pendapatan Negara terus dijaga dan diperbaikin sejalan perkembangan kondisi ekonomi.
(Aak)