BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) melihat krisis bahan baku shuttlecock sebagai momentum untuk mempercepat inovasi kok sintetis.
Sekretaris Jenderal BWF Thomas Lund menegaskan bahwa meski kelangkaan belum mencapai tingkat krisis, dunia bulu tangkis tidak bisa terus bergantung pada pasokan bulu angsa dan bebek.
“Harga kok bulu naik tajam akibat gangguan pasokan, tapi ini sekaligus sinyal kuat untuk mengubah arah,” kata Lund melansir laman BWF, Senin (25/8/2025).
“BWF sudah lebih dari 10 tahun berinvestasi mengembangkan shuttlecock sintetis, dan saatnya produsen mempercepat langkah,” lanjutnya.
Lonjakan harga kok dipicu oleh krisis bahan baku di Tiongkok. Laporan L’Equipe mengaitkannya dengan perubahan pola konsumsi masyarakat yang kini lebih memilih daging babi ketimbang bebek atau angsa, sehingga suplai bulu untuk kok berkurang. Popularitas bulu tangkis yang meningkat di banyak negara juga menambah tekanan pada stok dunia.
Baca Juga:
Kejuaraan Dunia 2025 Jadi Laga Pamungkas Fajar/Rian, Akankah Berbuah Emas?
Menurut Lund, BWF tidak memproduksi shuttlecock sendiri, tetapi aktif mendorong kolaborasi dengan produsen untuk memastikan keberlanjutan olahraga.
“Kok sintetis untuk penggunaan sosial sudah ada di pasaran dan diterima dengan baik. Kini tantangannya adalah menyempurnakan kok sintetis agar memenuhi standar kompetisi elite,” ujarnya.
Pelatih nasional India Pullela Gopichand juga mengingatkan bahwa dunia bulu tangkis perlu mengurangi ketergantungan pada kok alami.
“Ini bukan sekadar masalah harga, tapi soal masa depan olahraga,” tegasnya.
Lund memastikan federasi dunia terus memantau perkembangan dan siap menginformasikan setiap terobosan kepada asosiasi anggota.
“Kami ingin generasi mendatang tetap punya akses shuttlecock berkualitas, tanpa terhambat pasokan,” katanya.
(Budis)