JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Kebakaran hutan melanda Arktik, sebuah wilayah di sekitar Kutub Utara Bumi. Bencana ini menjadi kebakaran besar yang terjadi ketiga kalinya dalam lima tahun terakhir.
Menurut laporan pemantau perubahan iklim Uni Eropa, Copernicus, emisi karbon dari kebakaran hutan sepanjang Juni merupakan yang tertinggi ketiga selama dua dekade terakhir, yaitu sebesar 6,8 mega ton karbon.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Kamis (27/6), Copernicus melaporkan suhu udara yang lebih tinggi dan kondisi yang lebih kering di Sakha, Rusia, menjadikan kondisi ideal untuk kebakaran hutan begitu terjadi percikan api.
Melansir kantor berita Rusia Tass, Wakil Menteri Ekologi, Pengelolaan dan Kehutanan di wilayah tersebut mengatakan, lebih dari 160 kebakaran hutan berdampak hampir pada 460.000 hektare lahan hingga 24 Juni.
Universitas Exeter mengatakan bahwa kawasan Arktik adalah “titik nol perubahan iklim”.
“Meningkatnya kebakaran hutan di Siberia merupakan tanda peringatan yang jelas bahwa sistem penting ini sedang mendekati titik kritis iklim yang berbahaya,” katanya, dikutip dari BBC, Kamis (4/7/2024).
“Apa yang terjadi di Arktik tidak hanya berhenti di situ saja,” tambahnya, seraya menambahkan bahwa kebakaran ini adalah peringatan untuk melakukan tindakan segera.
Prof Guillermo Rein, Profesor Ilmu Kebakaran, Imperial College London, menyebut kebakaran ini sebagai ‘monster’ perubahan iklim yang makin besar.
“Satu dekade yang lalu, kebakaran hutan di Arktik dianggap sebagai peristiwa langka dan hampir tidak pernah diteliti. Sekarang hal ini terjadi di semua sesi musim panas dan semakin meningkatnya bekas luka bakar,” ujarnya.
Ketika perubahan iklim meningkatkan suhu Arktik, kebakaran hutan bergeser ke utara dan membakar hutan boreal dan tundra dan melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca dari tanah organik yang kaya karbon.
Mark Parrington, ilmuwan senior di CAMS, mengatakan kondisi yang menyebabkan terjadinya kebakaran saat ini serupa dengan yang terjadi pada kebakaran tahun 2019 dan 2020.
Pada tahun 2021, kebakaran hutan juga melanda Sakha tetapi intensitasnya tidak sehebat kebakaran tahun 2020 dan 2019.
Di satu sisi, es laut di Arktik telah menyusut dengan cepat sejak tahun 1980an.
(Dist)