JAKARTA,TM.ID: PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) membantah tudingan transaksi Whoosh dikuasai oleh bank China.
General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa mengatakan pihaknya memang bekerja sama dengan China Development Bank (CDB), selaku kreditur proyek Whoosh.
Namun, ia menjelaskan pihaknya juga berkolaborasi dengan perbankan lain yang beroperasi di Tanah Air.
Lebih lanjut Eva menyebut kerja sama dilakukan dengan salah satu bank pelat merah, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk. Sementara, dua bank lainnya adalah Bank of China dan Industrial & Commercial Bank of China (ICBC) yang beroperasi di Indonesia.
BACA JUGA: Sampai 14 November, 352 Ribu Orang Lakukan Perjalanan Jakarta-Bandung Gunakan Whoosh
“Transaksional bisnis KCIC sebagian besar tetap dilakukan di dalam negeri. Sehingga perputaran dana diharapkan tetap memberikan benefit yang optimal bagi perekonomian nasional,” jelas Eva dalam keterangan resmi seperti teropong media kutip dari cnnindonesia, Sabtu (25/11).
Menurutnya, di lain sisi, ia mengaku KCIC juga terus berkolaborasi dengan bank-bank nasional seperti Mandiri hingga BRI.
Kolaborasi tersebut meliputi penyediaan layanan pemesanan tiket kereta cepat, seperti di aplikasi Livin by Mandiri dan BRImo.
Selain itu, KCIC juga menyediakan bilik ATM dari bank tersebut di sejumlah titik stasiun Whoosh.
“Kolaborasi dengan berbagai lembaga keuangan perbankan juga terus diperluas. Komunikasi dan penjajakan dengan lembaga perbankan dan pihak lainnya terus dilakukan agar pelayanan kepada publik dan penumpang menjadi lebih optimal,” tandasnya.
Sebelumnya, tudingan transaksi di Whoosh dikuasai China muncul dari mulut Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) Yuddy Renaldi. Menurutnya, seluruh aliran transaksi masih dikuasai bank asal Negeri Tirai Bambu.
Akan tetapi, ia menyebut BJB tengah berkomunikasi dengan PT KCIC agar bisa menjadi bank yang mengelola transaksi secara penuh di Whoosh.
(Usk)