JAKARTA, TM.ID: Isu kemiskinan yang kemungkinan bisa menjadi alat serang terhadap bacapres Ganjar Pranowo di Pilpres 2024, dinilai tidak akan mempengaruhi elektabilitas Ganjar.
Hal itu dikemukakan oleh Politisi senior PDI Perjuangan (PDIP), Hendrawan Supratikno, usai angka kemiskinan di Jateng digoreng, sebagai kegagalan dari kinerja Ganjar selama dirinya menjabat sebagai Gubernur Jateng.
“Terlihat Jawa Tengah merupakan provinsi yang paling banyak menyabet penghargaan. Untuk indikator pembangunan, kinerjanya salah satu yang terbaik,” ucap Hendrawan kepada media, Selasa (5/9/2023).
BACA JUGA: Gibran Rakabuming Akui Ada Pembicaraan soal Bacawapres Ganjar Pranowo
Hendrawan mengatakan kalau Ganjar banyak menangani program kemiskinan, selama dirinya menjadi orang nomor satu di Jawa Tengah pada periode 2013-2019. Kata dia hal itu selaras dengan data yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah menurun.
Di bulan Maret 2023 tercatat 3,79 juta orang penduduk miskin dan secara persentase, jumlah tersebut menurun jadi 10,77 persen atau turun 0,21 persen. Kalau saja angka itu dibandingkan dengan bulan September 2022, tercatat 10,98 persen atau 3,86 juta orang.
Dia merasa optimis kalau isu kemiskinan yang terjadi di Jateng tidak bisa dipakai alat tembak mebyerang Ganjar dalam kompetisi Pilpres 2024.
Karena Ganjar sudah membuat beberapa program dalam menekan angka kemiskinan. Ada juga program perlindungan sosial (perlinsos), dan anggarannya harus terus dijaga.
Namun begitu Hendrawan berpendapat jika efektifitas dari Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) harus ada peningkatan agar lebh dirasakan masyarakat.
BACA JUGA: AHY Sebut Demokrat Bakal Merapat ke Koalisi dengan Kesamaan Visi dan Etika, PDIP?
“Setelah sukses mengemban mandat di Jawa Tengah, kini Ganjar Pranowo diberi tanggung jawab lebih besar di tingkat nasional,” kata dia.
Dia juga mengatgakan, Ganjar adalah sosok bakal capres dengan sikap dan perilakunya dapat diduga, sehingga dapat memiliki kredibilitas baik dibandingkan sama orang yang tak terduga.
“Orang yang sikap dan perilakunya terduga cenderung punya kredibilitas baik. Orang yang tidak terduga sulit membangun reputasi karena cenderung tidak konsisten,” terangnya.