BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Di tengah pesatnya arus modernisasi dan pembangunan, sebuah fenomena unik sekaligus menggetarkan rasa penasaran muncul dari Kampung Gandok, Desa Gempol Kolot, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kampung ini viral bukan karena kemewahan, tapi karena keunikannya: lokasinya berada persis di tepi Sungai Cilamaya, namun tak pernah sekalipun kebanjiran. Kok bisa?
Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Desa Gempol Kolot, Sunardi, dalam wawancaranya pada Senin (23/6/2025). Ia mengaku takjub dengan kondisi alam di wilayah yang kini dikenal luas sebagai Kampung Empat Belas.
“Ini yang membuat saya takjub. Padahal posisinya di pinggir sungai besar, tetapi selalu aman dari banjir,” ujar Sunardi.
Fenomena ini tak hanya soal alam. Kampung Empat Belas menyimpan nilai tradisi yang masih dijaga kuat. Salah satu aturan yang terus dipatuhi masyarakat adalah jumlah rumah yang tidak boleh melebihi angka 14. Ya, hanya 14 rumah saja yang boleh berdiri di kampung ini! Jika dilanggar, diyakini akan datang bencana.
“Dari dahulu hanya ada 14 rumah. Kalau ada tambahan, pasti ada saja kejadian aneh. Bisa roboh, atau pemiliknya mengalami musibah, bahkan meninggal,” ungkap Akib, salah seorang warga yang telah lama tinggal di sana.
Baca Juga:
Soal 2 Teror Bom di Pesawat, DPR Desak Intelijen Gercep Tangani
Tradisi Turun-temurun
Kepercayaan ini bukan isapan jempol bagi warga setempat. Tradisi turun-temurun ini terus dijaga demi keselamatan bersama. Bagi generasi muda yang akrab dengan logika dan teknologi, hal ini tentu bikin penasaran.
Tapi justru di sanalah kekuatan Kampung Empat Belas menggabungkan harmoni antara kepercayaan lokal dan realitas kehidupan.
Kepala Desa Sunardi menjelaskan bahwa pihaknya saat ini tengah merancang penataan ulang infrastruktur kampung, terutama akses jalan, untuk mempermudah aktivitas warganya yang mayoritas petani. Namun ia menegaskan, pembangunan itu harus selaras dengan pelestarian tradisi.
“Kami butuh dukungan dari pemerintah daerah untuk pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya, tentu tanpa menghilangkan keunikan dan nilai sejarah kampung ini,” imbuh Sunardi.
Lebih jauh, ia menilai Kampung Empat Belas sebagai simbol nyata dari bagaimana kearifan lokal dapat hidup berdampingan dengan perkembangan zaman, tanpa harus saling menyingkirkan.
(Hafidah Rismayanti/Budis)