BANDUNG, SUARMAHASISWAAWARDS— Chairun Nisa Pulungan, Mahasiswi Universitas Al Washliyah (UNIVA) Medan, mencuri perhatian lewat karya video jurnalistik bertajuk “Maestro Keris” yang berhasil menghantarkannya menjadi pemenang Road To Suar Mahasiswa Awards 2025 di kategori Karya Paling Berdampak.
Sebagai informasi, Suar Mahasiswa Awards 2025 merupakan ajang penghargaan untuk mengapresiasi karya jurnalistik mahasiswa di seluruh kampus se-Indonesia. Ajang yang digagas oleh Teropong Media ini juga menjadi wadah sekaligus ruang diskusi bagi mahasiswa untuk bersuara melalui karya jurnalistik.
Saat ini, Nisa tengah berada di fase penting dalam hidupnya. Ia tidak hanya sibuk dengan dunia akademik, tetapi juga aktif berkarya di bidang seni dan budaya.
“Sekarang saya lagi fokus nyusun skripsi sambil kerja paruh waktu. Kalau ada waktu luang, biasanya saya pakai untuk berkarya, terutama di fotografi, dan kadang juga naik gunung buat refreshing sekaligus cari inspirasi,” ungkap mahasiswi jurusan Bahasa Indonesia tersebut.
Bagi Nisa berpartisipasi dalam ajang Suar Mahasiswa Awards tidak hanya sekadar mengikuti lomba. Lewat ajang ini dirinya mampu menyuarakan keresahan dan harapannya dalam melestarikan budaya.
“Saya ikut Suar Mahasiswa Award karena ingin punya ruang untuk menyuarakan keresahan dan harapan saya lewat karya. Buat saya, ajang ini bukan sekadar lomba, tapi wadah untuk mengingatkan bahwa mahasiswa juga punya suara penting dalam melestarikan budaya dan menyampaikan isu-isu yang sering terabaikan,” jelas Nisa.
Maestro Keris
Dalam karya video jurnalistik bejudul “Maestro Keris”, Chairun Nisa Pulungan mengungkap tabir tentang nilai luhur keris sebagai warisan budaya bangsa.
“Keris bukan sekadar benda tajam, tetapi sebuah mahakarya warisan budaya bangsa. Keris menyimpan nilai sejarah, spiritual, dan juga identitas bangsa Indonesia,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kekaguman terhadap maestro keris membuatnya mengerti bahwa dengan menjaga kelestarian budaya berarti menjaga jati diri.
“Saya kagum pada sosok maestro yang sudah sepuh tetapi masih penuh semangat menjaga warisan ini. Dari beliau saya belajar bahwa menjaga budaya berarti menjaga jati diri kita sendiri. Itulah yang mendorong saya mengangkat kisah ini dalam karya,” tuturnya.
Nisa berhapa karyanya tersebut memberikan dampak positif bagi para penonton dan kelestarian budaya Indonesia salah satunya Keris.
“Saya berharap penonton bisa merasakan rasa hormat dan kagum terhadap maestro, sekaligus timbul rasa bangga pada budaya Indonesia. Lebih dari itu, saya ingin orang yang menonton merasa tergerak: minimal untuk menghargai, mengenal lebih dekat, bahkan mungkin ikut melestarikan warisan budaya kita, terutama keris,” tambahnya.
Tak lupa, Nisa juga menitipkan pesan agar para mahasiswa berani berkaya dengan tulus.
“Jangan ragu untuk bercerita lewat karya. Setiap dari kita punya sudut pandang unik, dan festival seperti ini adalah ruang yang tepat untuk menunjukkan suara kita. Berani mencoba itu penting, karena karya yang sederhana sekalipun bisa punya makna besar kalau lahir dari ketulusan,” pesannya.
Ketika ditanya tentang mimpinya lima tahun mendatang, Nisa menegaskan tekadnya untuk terus konsisten berkarya dan tetap dekat dengan akar budaya.
“Lima tahun ke depan saya ingin menjadi sosok yang konsisten berkarya dan tetap dekat dengan akar budaya. Saya membayangkan bisa menjadi seorang kreator yang bukan hanya menghasilkan karya untuk diri sendiri, tetapi juga mampu menginspirasi orang lain, terutama anak muda, agar bangga dengan budaya bangsa,” pungkasnya.
(Dist)