JAKARTA,TM.ID: Syamsul Rizal Kader muda Partai Golkar menilai, jika Airlangga Hartarto ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung terkait dugaan korupsi pemberian fasilitas ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), mahkamah partai dan dewan etik Partai Golkar harus merespons situasi ini dengan cepat.
Keputusan politik dan langkah-langkah lanjutan harus dipertimbangkan dengan seksama untuk menjaga integritas dan kredibilitas Partai Golkar.
“Minimal Airlangga harus jentel menyatakan bahwa saya mundur secara terhormat. Itu baru laki-laki, kan begitu tapi kalau dia mau bertahan, dia Ayun barang ini ya sama juga Airlangga mau hancurkan Partai Golkar,” ujar Syamsul dalam tayangan kanal Youtube EZY TV, Senin (24/7/2023).
Menurut Syamsul, kasus yang menyeret Airlangga sebagai Menko Perekonomian tidak memiliki hubungan langsung dengan Golkar sebagai partai politik. Kasus ini terkait dengan perilaku individu Airlangga sebagai seorang menteri perekonomian, bukan sebagai ketua umum DPP Partai Golkar.
Kendati begitu, kasus Airlangga dapat berdampak pada citra dan reputasi Partai Golkar. Mahkamah Partai dan Dewan Etik perlu melakukan evaluasi dan pengambilan keputusan yang tepat mengenai kasus ini untuk menjaga kehormatan partai.
“Bukan dia dalam kapasitas sebagai Ketua umum Partai Golkar. Jadi kasus yang menimpa Airlangga ini adalah perilaku Airlangga sendiri sebagai menteri perekonomian,” ucapnya.
Menurut Syamsul, Partai Golkar adalah salah satu partai politik yang memiliki sejarah panjang di Indonesia. Dalam konteks politik, Golkar selalu berusaha untuk mensukseskan kebijakan-kebijakan negara, terutama yang berhubungan dengan pemerintah. Partai ini memiliki peran strategis dalam politik Indonesia.
Selain itu, Syamsul mengungkapkan, imbas terseretnya Airlangga dalam pusaran dugaan korupsi CPO, mayoritas kader Partai Golkar mendorong Luhut Binsar Pandjaitan untuk menjadi Ketua Umum.
“Ini ada satu kesadaran kolektif di para senior-senior Golkar yang saya tangkap secara kejiwaan. Jadi saya melihat spirit nilai yang hari ini, kenapa banyak senior-senior menginginkan Bang Luhut karena tadi itu ada history romantisme politik masa lalu yang memang sebagiannya ingin dikembalikan di internal Partai Golkar,” katanya.
Untuk diketahui, gejolak di Partai Golkar bermula dari bocoran keputusan Dewan Pakar Partai Golkar yang ingin mengevaluasi kepemimpinan Airlangga Hartarto. Beberapa pertimbangan yang muncul adalah rendahnya elektabilitas Airlangga meskipun dia telah diusulkan sebagai bakal calon presiden dari partai tersebut.
Sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto adalah sosok yang dianggap memiliki potensi sebagai bakal calon presiden dari Partai Golkar dalam Pilpres 2024. Namun, rendahnya elektabilitasnya menjadi pertanyaan bagi beberapa pihak.
Selama kepemimpinannya di Partai Golkar, Airlangga Hartarto menghadapi berbagai tantangan. Beberapa isu seperti penanganan pandemi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas politik menjadi fokus perhatian publik. Evaluasi atas kinerjanya menjadi alasan utama di balik gejolak di partai.
Luhut Binsar Pandjaitan, yang juga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, muncul sebagai salah satu nama yang diusulkan sebagai calon ketua umum Partai Golkar. Namanya dikaitkan dengan kemungkinan perubahan kepemimpinan di partai guna menghadapi tantangan Pilpres 2024.
Selain Luhut, nama Bambang Soesatyo juga mencuat sebagai calon ketua umum Partai Golkar. Bambang Soesatyo adalah Ketua MPR RI dan memiliki pengalaman dalam dunia politik. Partisipasinya dalam partai dapat membawa perubahan dinamis dalam menghadapi masa depan Pilpres 2024.
(Budis)