BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Ketika Jasmine Paolini menatap ke langit Roma seusai memenangi final Italian Open 2025, yang dia rayakan bukan hanya sebuah gelar pribadi, melainkan kebangkitan satu generasi.
Di tengah teriakan penuh emosi dari ribuan penonton yang memenuhi Campo Centrale dan tatapan bangga Presiden Italia Sergio Mattarella, Paolini menuliskan sejarah, juara Italia pertama di tanah sendiri dalam 40 tahun.
Lebih dari sekadar kemenangan dua set langsung atas Cori Gauff, petenis peringkat empat dunia yang juga mantan finalis Roland Garros dan Wimbledon, Paolini membuktikan bahwa Italia kembali memiliki bintang terang di dunia tenis putri.
Kemenangan 6-4, 6-2 dalam waktu 89 menit itu menandai langkah besar dalam perjalanan tenis putri Italia sejak era Flavia Pennetta dan Francesca Schiavone meredup.
Tak banyak yang memprediksi bahwa petenis mungil berusia 29 tahun ini akan mengangkat trofi di tengah dominasi nama-nama besar seperti Iga Swiatek dan Aryna Sabalenka.
Tapi fakta berbicara lain. Dengan tekad kuat, variasi pukulan, dan semangat yang menyala, Paolini kini telah mengoleksi dua gelar WTA 1000, setelah kemenangan sensasional di Dubai tahun lalu—dan satu tempat spesial di hati publik Italia.
“Saya tumbuh dengan bermimpi tentang momen ini. Menang di Roma, di depan keluarga, sahabat, dan seluruh negeri… ini luar biasa,” ujar Paolini kepada media setempat, dikutip Minggu (18/5/2025).
Sejak Raffaella Reggi menjuarai WTA di Toronto tahun 1985, belum ada lagi petenis putri Italia yang bisa memenangi turnamen WTA 1000 di rumah sendiri.
Dengan kemenangan ini, Paolini menjadi simbol generasi baru, pembawa harapan di era yang semakin kompetitif, khususnya dengan pertumbuhan eksplosif bakat muda dari Eropa Timur dan Amerika.
Baca Juga:
Mirra Andreeva Ukir Sejarah di Dubai Tennis Championships, Melangkah ke Final WTA 1000
Tak hanya sukses di nomor tunggal, Paolini juga berpeluang menggandakan pencapaiannya lewat final ganda putri bersama Sara Errani, rekannya senegara dan mantan finalis Grand Slam, melawan Mertens/Kudermetova.
Jika menang, ia akan mengukir sejarah sebagai petenis Italia pertama yang meraih gelar ganda dan tunggal di Italian Open sejak turnamen ini masuk kalender Open Era.
Dengan final ini sebagai pemanasan terakhir menjelang French Open, performa Paolini di lapangan tanah liat tentu akan membuat unggulan lain waspada.
Ia mencatatkan rekor impresif 18-1 musim ini jika memenangi set pertama, dan kekuatannya dalam konsistensi servis serta kemampuan membaca permainan lawan terlihat nyata saat membungkam Gauff, yang sebelumnya selalu mengalahkannya di hard-court.
(Budis)