BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID –– Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) yang tergabung dalam tim “Sapa Nusa” menggelar pelatihan bertajuk “Oilchemy: Mengubah Jelantah Jadi Lilin Ajaib” di Balai Desa Sumberngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Pelatihan ini ditujukan untuk mengedukasi warga, khususnya ibu rumah tangga, tentang cara mengolah limbah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis.
Dalam sesi edukasi, tim Sapa Nusa memaparkan bahaya penggunaan minyak jelantah berulang kali. Kandungan senyawa berbahaya seperti aldehida dan akrolein yang bersifat karsinogenik tidak hanya mengancam kesehatan, tetapi juga mencemari lingkungan bila dibuang sembarangan ke tanah atau saluran air.
Koordinator Desa KKN, Muhammad Reva Firdaus, membuka acara dengan menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan wujud nyata kontribusi mahasiswa dalam menyosialisasikan inovasi sederhana namun berdampak positif bagi masyarakat desa.
Ketua PKK Desa Sumberngepoh, Rida, turut memberikan apresiasi terhadap kegiatan tersebut. Ia menilai pelatihan ini sangat relevan dengan kebutuhan warga.
“Pelatihan ini bukan hanya tentang pengelolaan limbah, tapi juga membuka peluang usaha baru, terutama bagi para ibu rumah tangga,” ujar Rida, melansir laman Prasetya UB.
Usai sesi teori, peserta diajak menyaksikan secara langsung proses pembuatan lilin aromaterapi. Mahasiswa menunjukkan langkah-langkah mengolah minyak jelantah yang telah disaring, dengan mencampurkannya bersama parafin, pewarna, dan minyak esensial seperti lavender atau sereh. Campuran tersebut kemudian dituangkan ke dalam cetakan yang telah dipasang sumbu. Seluruh proses menggunakan alat sederhana yang mudah ditemukan di dapur rumah tangga.
Tim juga memberikan alternatif penggunaan lilin bekas sebagai pengganti parafin, meski hasilnya dapat berbeda tergantung bahan yang digunakan. Variasi warna dan aroma lilin pun bisa disesuaikan dengan selera maupun bahan yang tersedia di rumah, sehingga memberikan fleksibilitas bagi para peserta.
Antusiasme warga terlihat tinggi. Beberapa ibu-ibu PKK bahkan mengusulkan agar pelatihan serupa dilanjutkan dengan fokus pada skala produksi dan strategi pemasaran.
Salah satu peserta, Sri, mengaku mendapat wawasan baru dari pelatihan ini.
“Sebelumnya saya selalu membuang minyak bekas. Ternyata bisa diolah jadi lilin wangi yang cantik. Kalau dijual, bisa jadi tambahan penghasilan,” katanya penuh semangat.
Baca Juga:
Zalac Food Indonesia: Inovasi Mahasiswa UMY yang Bawa Salak Merapi Tembus Pasar Dunia
PEPHYDTIN-DERM, Inovasi Mahasiswa yang Berhasil Menangkan Perak di Ajang MTE 2025
Tim Sapa Nusa berharap pelatihan ini menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan limbah rumah tangga serta mendorong terbentuknya usaha kecil berbasis produk kreatif. Meskipun masih ada tantangan dalam hal bahan baku, teknik pembuatan, dan pemasaran, semangat warga menjadi modal penting untuk terus berkembang.
Program “Oilchemy” merupakan bagian dari komitmen tim Sapa Nusa dalam menjangkau potensi lokal melalui pendekatan edukatif, inovatif, dan berkelanjutan.
(Virdiya/Aak)