BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pameran Lokatara Fest Fest Vol. 3 yang digelar oleh mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) UNIBI kembali menghadirkan karya-karya inovatif dari para mahasiswa. Salah satunya datang dari Agung, yang mempersembahkan proyek personal bertajuk “Pasar dalam Lensa: Potret Kehidupan Pasar Kota Bandung”, sebuah eksplorasi visual terhadap kehidupan pasar tradisional yang dikemas dengan pendekatan artistik tak biasa.
Dalam proyek ini, Agung mendokumentasikan sepuluh pasar ikonik di Kota Bandung yang masing-masing memiliki karakter unik, mulai dari Pasar Induk Caringin yang ramai oleh pedagang buah, sayur, dan daging, hingga Pasar Besi Jatayu yang dipenuhi peralatan teknik dan logam.
“Pasar bukan sekadar tempat bertransaksi, tapi juga pusat kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Karena itu saya merasa penting untuk menangkap potret kehidupannya,” ungkap Agung kepada Teropongmedia.id.
Cetak Foto di Atas Struk Belanja

Menariknya, seluruh foto dalam proyek ini dicetak menggunakan media tak biasa, yaitu kertas thermal atau kertas struk belanja. Pemilihan media ini bukan tanpa makna. Menurut Agung, baik pasar maupun struk sama-sama hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, namun seringkali luput dari perhatian.
“Struk dan pasar itu mirip. Keduanya muncul sejenak, lalu memudar atau dibuang. Padahal mereka jadi bagian penting dalam kehidupan,” jelas Agung.
Foto-foto yang dicetak lewat printer thermal tampil dengan warna hitam-putih dan tekstur khas berupa garis-garis serta titik-titik, layaknya struk belanja. Estetika ini memperkuat kesan dokumentatif dan apa adanya dari pasar yang diabadikan.
Karya ini mendapat respons positif dari pengunjung Lokatara Fest. Banyak yang mengapresiasi pendekatan media cetak yang unik dan belum terpikirkan sebelumnya.
“Tanggapan dari pengunjung cukup baik. Mereka bilang ini media yang unik dan menarik, dan beberapa bahkan antusias mencoba foto dengan media ini,” ujarnya.
BACA JUGA:
UNIBI Telusuri Nilai Budaya Usik Sanyiru Padanan Lewat Riset Film Dokumenter
UNIBI Gelar National Awarding Festival Sinemakom Vol.2, Ajang Apresiasi Karya Mahasiswa dan Pelajar
Eksperimen dari Keterbatasan
Ide mencetak foto menggunakan printer thermal bermula dari keinginan Agung untuk mencoba kamera Instax dan Polaroid. Namun karena harga cetaknya cukup tinggi, ia mencari alternatif lain.
“Waktu itu saya cetak struk belanja dan tiba-tiba kepikiran, ‘bisa nggak ya printer ini buat cetak foto?’ Ternyata bisa. Akhirnya saya beli printer thermal portable yang kecil dan bisa dibawa ke mana-mana,” tuturnya.
Meski demikian, Agung mengaku masih menghadapi tantangan dalam menemukan jenis kertas thermal yang tepat. Tiap merek punya kualitas berbeda, ada yang terlalu tipis atau hasil cetaknya kehijauan.
Lewat karyanya, Agung ingin menyampaikan bahwa kreativitas tidak harus selalu mahal. “Pesannya adalah coba manfaatkan apa yang ada. Dari keterbatasan, bisa muncul hal baru yang justru unik,” pungkasnya.
Melalui karya ini, ia ingin menyampaikan satu pesan sederhana, yakni kreativitas tak harus mahal, cukup dimulai dari apa yang ada di sekitar.
(Haqi/Budis)