JAKARTA,ID: Mayoritas bursa saham Asia-Pasifik cenderung menguat pada perdagangan Rabu (13/3/2024). Di sisi lain, justru bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali mengalami inflasi AS.
Per pukul 08:00 WIB, hanya indeks Nikkei 225 Jepang yang terpantau melemah pada pagi hari ini, yakni turun tipis 0,01%. Sedangkan sisanya menguat. Indeks Straits Times Singapura naik 0,16%, ASX 200 Australia menguat 0,2%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,52%.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah menghijaunya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,61%, S&P 500 melesat 1,12%, dan Nasdaq Composite berakhir melonjak 1,54%.
Pendongkrak Wall Street semalam dari indeks semikonduktor yang berhasil rebound setelah dua hari loyo. Ini berkat lonjakan saham Oracle dan Nvidia.
BACA JUGA: Mardani Ali Sera Bongkar Bidikan Bisnis Besar di Balik RUU DKJ
Saham Oracle berhasil melesat hingga 11,7% dan mencapai rekor tertinggi, setelah melaporkan kinerja kuartalan yang tetap optimis dan mengatakan akan membuat pengumuman kerjasama dengan raksasa chip AI Nvidia Akibat itu, saham kapitalisasi pasar jumbo Nvidia juga ikut melonjak 7,2% dalam sehari.
Di sisi lain, data inflasi AS untuk periode Februari 2024 malah menunjukkan data yang lebih panas dari perkiraan. Kendati begitu, pasar tampaknya tidak terlalu merespon dengan negatif lantaran inflasi inti masih on-track turun walau tidak sedalam yang diperkirakan.
Sebagai catatan,inflasi AS untuk periode Februari 2024 terpantau menguat 3,2% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sedangkan, tingkat inflasi bulanan naik menjadi 0,4%, dari 0,3% sudah sesuai dengan perkiraan. Di mana harga tempat tinggal dan bensin menyumbang lebih dari 60% kenaikan tersebut.
Nilai ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan perkiraan pasar sebesar 3,1% yoy. Untuk inflasi inti lanjut melandai ke 3,8% yoy dibandingkan bulan sebelumnya 3,9% yoy. Namun, nilai tersebut, masih lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar di 3,7% yoy.
Sementara dalam basis bulanan, inflasi inti naik 0,4% pada Februari 2024. Nilai tersebut sama seperti bulan sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar sebesar 0,3%.
Inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan ini patut dicermati dampaknya ke pasar keuangan. Ini lantaran semakin jauh dari target inflasi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di level 2%.
Setelah rilis inflasi, menurut CME FedWatch Tool pelaku pasar kini melihat peluang 70% penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni, sedikit turun dibandingkan peluang menjelang laporan inflasi sebesar 71%.
(Dist)