BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Indonesia Open 2025 berakhir tanpa satu pun medali emas bagi tim bulu tangkis tuan rumah. Untuk sebagian besar negara, ini mungkin hal biasa.
Namun tidak bagi Indonesia, negara yang selama puluhan tahun menjadi barometer dunia dalam olahraga tepok bulu.
Kegagalan ini menandai paruh pertama musim 2025 yang kelam. Sejak Januari, belum satu pun gelar dari turnamen level BWF Super 500 ke atas yang berhasil diraih tim Merah Putih.
Sinyal krisis? Atau justru proses kelahiran ulang?
Muncul candaan getir di kalangan pecinta bulu tangkis.
“Mungkin atlet kita sedang mempersiapkan diri untuk Olimpiade Los Angeles 2028, kita cuma takut strateginya bocor duluan ke lawan.”
Namun, di balik gurauan tersebut tersimpan kenyataan yang lebih dalam, tim Indonesia sedang berada dalam masa transisi besar.
PBSI, melalui Wakil Ketua Umum I yang juga legenda bulu tangkis Taufik Hidayat, akhirnya angkat bicara.
Dalam pernyataan yang disampaikan lewat akun Instagram resminya, @taufikhidayatofficial, peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu meminta maaf secara terbuka kepada publik atas pencapaian tim yang belum memuaskan.
“Mohon maaf dan mohon bersabar bagi pecinta bulutangkis Indonesia, kami terus bekerja dan memaksimalkan pemain yang sudah di level top dan menyiapkan generasi baru di setiap sektor,” tulis Taufik.
Tak hanya minta maaf, Taufik juga menyatakan bahwa evaluasi besar-besaran akan segera dilakukan, mencakup seluruh lapisan mulai dari pelatih hingga atlet.
“Dalam beberapa hari ke depan saya selaku Waketum 1 PP PBSI akan mengadakan evaluasi dari hasil ini mulai dari pelatih sampai pemain,” ungkapnya.
Baca Juga:
Target PBSI, Tim Indonesia Raih Hasil Lebih Baik di India Open 2024
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa sektor-sektor unggulan Indonesia sedang tidak dalam kondisi ideal. Tunggal putra dan ganda putra belum konsisten, sedangkan sektor lainnya masih dalam fase pencarian bentuk terbaik.
Bahkan, penguatan aspek mental seperti pendampingan psikolog belum sepenuhnya diterapkan untuk sektor tunggal putri.
Namun bukan berarti semuanya kelam. Posisi Indonesia sebagai unggulan kedua di Piala Sudirman adalah bukti kekuatan kolektif masih ada.
Di semifinal pun, mereka hanya terpaut tipis dari kemenangan melawan Korea Selatan.
“Semoga dengan dukungan badminton lovers dan media, proses pematangan generasi baru di setiap sektor akan segera berbuah,” tutup Taufik.
Momentum ini bisa jadi titik balik. Publik bisa menaruh harapan bahwa regenerasi sejati sedang berlangsung dan bukan tidak mungkin, Los Angeles 2028 akan menjadi panggung pembuktian generasi baru bulu tangkis Indonesia.
(Budis)