BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Korban tewas akibat minuman beralkohol kembali terjadi di Indonesia. Kabar terbaru, pada Senin (10/2/2025) terdapat 9 orang yang tewas akibat menenggak alkohol 96 persen yang dicampur oleh minuman perasa. Namun, tahukah anda Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus keracunan alkohol tertinggi di dunia?
Menurut laporan organisasi kesehatan internasional Médecins Sans Frontières (MSF), pada Januari 2024, tercatat sekitar 994 kasus keracunan alkohol di berbagai negara. Insiden ini menyebabkan lebih dari 40 ribu orang mengalami keracunan dan merenggut nyawa 13 ribu di antaranya.
Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus keracunan alkohol tertinggi di dunia, dengan 339 kasus. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya permasalahan konsumsi alkohol berbahaya di Tanah Air.
Bahaya Miras Oplosan dan Kandungan Beracunnya
Dalam kasus minuman keras oplosan, keracunan alkohol umumnya terjadi akibat teknik penyulingan yang tidak sesuai standar.
Produsen miras oplosan sering kali menambahkan metanol atau isopropanol secara sengaja demi meningkatkan efek memabukkan dengan biaya lebih rendah. Pasalnya, harga metanol dan isopropanol jauh lebih murah dari alkohol murni.
Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa efek samping keracunan alkohol jauh lebih berbahaya dari sensasi sesaat yang mereka rasakan. Keracunan alkohol bisa menyebabkan kebutaan hingga kematian.
Mekanisme Keracunan Alkohol
Keracunan alkohol atau asidosis metabolik, terjadi ketika tubuh memetabolisme alkohol beracun menjadi zat yang merusak keseimbangan asam basa, sehingga membahayakan kesehatan.
Setidaknya, ada tiga jenis alkohol berbahaya yang sering digunakan dalam produk pangan dan obat-obatan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain:
1. Metanol
Metanol adalah bahan kimia yang biasa digunakan dalam pembuatan plastik, bahan bangunan, dan cat. Saat masuk ke dalam tubuh, metanol diubah menjadi formaldehida (formalin) yang kemudian dimetabolisme menjadi asam format. Zat ini dapat merusak penglihatan hingga menyebabkan kebutaan permanen.
2. Etilen Glikol & Dietilen Glikol
Etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) termasuk dalam daftar alkohol beracun yang sering disalahgunakan. Pada 2023, kandungan EG/DEG dalam sirup obat batuk mengakibatkan kematian 195 anak balita di Indonesia.
Insiden ini terjadi karena kesalahan dalam penggunaan bahan baku obat. Drum berlabel propilen glikol (yang aman digunakan dalam pembuatan obat) ternyata berisi EG. Ketika EG dicampur dalam obat, kadarnya bisa melebihi 30%, jauh di atas ambang batas aman sebesar 0,1%.
EG dan DEG biasanya digunakan dalam industri produk antibeku dan minyak rem karena harganya lebih murah dibandingkan bahan baku obat seperti gliserol dan propilen glikol. Celakanya, rasa manis yang dimiliki EG kerap disalahgunakan oleh oknum tertentu sebagai bahan pelarut sekaligus pemanis dalam obat sirup untuk anak.
Saat masuk ke dalam tubuh, EG diproses menjadi asam glikolat, sementara DEG menghasilkan 2-hydroxyethoxyacetic acid. Kedua zat ini dapat merusak sel nefron—bagian ginjal yang menyaring darah dan menghasilkan urine—sehingga memicu gagal ginjal akut.
3. Isopropanol
Isopropanol paling sering ditemukan dalam alkohol gosok 70% yang biasa digunakan untuk membersihkan luka atau noda membandel. Ketika masuk ke dalam tubuh, isopropanol dimetabolisme menjadi aseton, zat yang dapat merusak berbagai organ tubuh.
BACA JUGA: Korban Pesta Miras Cianjur Bertambah Jadi 9 Orang
Melihat Indonesia sebagai negara dengan kasus keracunan alkohol tertinggi di dunia, harus menjadi perhatian lebih agar kasus ini tidak terulang kembali. Kemudian, regulasi yang lebih ketat dalam pengawasan distribusi bahan kimia berbahaya juga harus diperkuat.
(Virdiya/Aak)