BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Harga kopi terus mengalami peningkatan, sejumlah pengamat pun memprediksi akan terjadi lonjakan harga yang cukup tinggi pada tahun 2025 mendatang.
Peningkatan permintaan biji kopi di pasar dunia tidak diimbangi dengan produksi yang memadai, sehingga menciptakan ketidakseimbangan yang memengaruhi pasar global.
Lonjakan permintaan ini berdampak langsung pada harga jual kopi. Banyak kafe dan barista melaporkan kesulitan akibat kenaikan harga kopi robusta. Bahkan, beberapa kafe terpaksa menaikkan harga produk mereka hingga 3% untuk menutupi biaya yang meningkat.
Perubahan Iklim Mengguncang Produksi Kopi Dunia
Berdasarkan laporan Chowhound pada (22/12/2024) Brazil, sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di dunia, menjadi salah satu negara yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim. Tanaman kopi membutuhkan suhu ideal antara 21 hingga 26 derajat Celsius.
Ketika cuaca ekstrem melanda, tanaman kopi sulit bertahan, mengakibatkan penurunan produksi yang signifikan. Pada 2024, harga kopi Brazil bahkan mencapai rekor tertinggi dalam 50 tahun terakhir sejak 1970.
Vietnam juga melaoprkan gangguan serupa, produsen kopi terbesar di dunia yang biasanya menyuplai sekitar 17% kebutuhan kopi global. Pada 2024, harga kopi Vietnam melonjak hingga 50%. Padahal, kopi robusta yang mendominasi produksi Vietnam dikenal lebih mudah dirawat dibandingkan arabika.
Dampak pada Kualitas dan Industri Kopi
Kenaikan harga kopi juga memengaruhi kualitas biji kopi yang digunakan oleh berbagai industri. Produsen kopi instan, yang sebelumnya menggunakan biji kopi berkualitas tinggi, kini mulai beralih ke bahan baku dengan grade lebih rendah untuk menekan biaya.
Pergeseran serupa terjadi pada industri kue dan roti yang menggunakan kopi sebagai bahan campuran. Untuk menekan lonjakan harga, mereka mulai memilih kopi dengan kualitas menengah hingga bawah.
Tren Harga Kopi
Statista, lembaga statistik internasional, mengamati tren kenaikan harga kopi dari tahun-tahun sebelumnya. Data menunjukkan bahwa harga robusta terus mendekati harga arabika, dengan selisih yang kini hanya sekitar 20% hingga 30% lebih murah.
Perkembangan ini menandakan bahwa robusta, yang dulunya menjadi alternatif ekonomis, kini mulai mengalami tekanan harga yang signifikan.
BACA JUGA: Hati-hati! Jangan Sandingkan Makanan Ini dengan Kopi!
Krisis harga kopi ini menjadi tantangan serius bagi berbagai sektor, mulai dari petani hingga pelaku bisnis kopi. Adanya kondisi produksi yang belum stabil, para pelaku industri dan konsumen kopi diharapkan dapat mencari solusi inovatif untuk menghadapi dampak dari lonjakan harga ini.
(Virdiya/Budis)