KABUPATEN BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Humas Pos Pengamanan Lebaran Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung Ruddy Heryadi menyebutkan, sebanyak 143.800 kendaraan terpantau melintasi Jalur Nagreg mengarah ke Bandung pada H+Lebaran 2024, Minggu (1/4/2024).
“Satu hari itu (Minggu) mencapai 143.800 kendaraan dan tertinggi dibandingkan hari-hari sebelumnya pada periode arus balik,” katanya, Senin (15/4/2024).
Menurut Ruddy, pergerakan kendaraan yang melintas Jalur Nagreg diprediksi akan terus meningkat, mengingat hari Senin merupakan hari terakhir masa libur lebaran.
“Kemungkinan masih ada yang kembali, tapi lonjakannya tidak akan terlalu tinggi dibandingkan hari Minggu (14/4) ataupun hari Sabtu (13/3). Hari Senin ini akan lebih landai dibandingkan dua hari lalu kalau dilihat dari data volume lalu lintas kita,” ujarnya.
Puncak arus balik, kata Ruddy di lintas Nagreg terjadi pada hari kemarin (Minggu), melihat volume kendaraan terbanyak dari hari-hari sebelumnya.
“Kemarin itu di hari minggu adalah puncak arus balik. Jika dibandingkan dengan hari sebelumnya, kemudian melihat dari tahun sebelumnya, volumenya sudah melebihi,” ungkapnya.
BACA JUGA: Arus Balik Lebaran 2024, Polisi Berlakukan One Way di Lingkar Gentong Tasikmalaya
Kendaraan arus balik di Jalur Nagreg, lanjut Ruddy tidak didominasi oleh pemudik lokal melainkan campuran dengan kendaraan wisatawan yang memanfaatkan wakyu libur lebaran di tempat wisata yang berada di lokasi Priangan Timur (Garut, Tasikmalaya, Ciamis dan Pangandaran).
“Kita namakan arus lalu lintas campuran. Ada yang hanya pulang pergi untuk melakukan tujuan wisata ke Garut ataupun ke Pangandaran dan ada juga dari para pemudik yang balik dengan waktu yang bersamaan,” kata Ruddy.
Ruddy mengungkapkan, sepeda motor mendominasi kendaraan yang melintas di jalur Nagreg sekitar 65 persen atau 93.812 unit motor di H+4 Lebaran.
“Kita bersama jajaran Polresta Bandung telah menerapkan rekayasa lalu lintas dengan skema satu arah sebanyak 10 kali untuk mengurai kemacetan dari arah Tasikmalaya menuju Bandung di kawasan Cikaledong,” tukasnya.
(Budis)