BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Google Doodle hari ini tampilkan tema senam artistik, salah satu cabang olahraga terkemuka di Olimpiade Paris 2024. Tema ini dipilih setelah selesainya Final Artistik Serba Bisa Beregu Putra. Jepang berhasil meraih medali emas, Tiongkok mendapat medali perak, dan Amerika Serikat memperoleh medali perunggu.
Sementara itu, pesenam artistik Indonesia, Rifda Irfanaluthi, harus menerima hasil yang kurang memuaskan dalam debutnya di Olimpiade Paris 2024 akibat cedera. Rifda hanya berkompetisi di nomor uneven bars (palang bertingkat). Meskipun begitu Rifda tetap mencatatkan dirinya sebagai atlet senam pertama dari Indonesia yang tampil di Olimpiade.
Google Doodle yang terlihat tampak beberapa burung tampil di arena bak pesenam artistik. Lantas bagaimana sejarah senam artistik dalam Olimpiade?
Sejarah Senam Artistik
Melansir berbagai sumber, senam artistik memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak Olimpiade modern pertama di Athena pada tahun 1896. Sejak saat itu, senam artistik selalu menjadi bagian dari setiap edisi Olimpiade.
Awalnya kompetisi ini hanya diikuti oleh pria selama 32 tahun hingga Olimpiade 1928 di Amsterdam ketika wanita mulai diizinkan berpartisipasi. Pada tahun 1952, program pertandingan wanita diperluas menjadi tujuh nomor dan distabilkan jadi enam nomor pada Olimpiade 1960 di Roma. Sementara itu, program pria mencakup delapan nomor pertandingan.
Federasi Senam Internasional (FIG), yang didirikan pada tahun 1881, adalah federasi olahraga internasional tertua di dunia. Senam memiliki akar sejarah yang panjang, berasal dari zaman kuno, di mana senam direkomendasikan oleh para filsuf sebagai cara untuk menggabungkan latihan fisik dengan aktivitas intelektual.
Popularitas senam meningkat pada abad ke-19, dengan semakin banyak kompetisi termasuk kompetisi senam di Olimpiade Athena 1896. Senam artistik mencakup berbagai kompetisi individu dan tim, masing-masing dengan peralatan khusus yang berbeda berdasarkan gender.
Pria berkompetisi di enam alat: lantai, kuda pelana, gelang, lompat, palang sejajar, dan palang horizontal. Wanita berkompetisi di empat alat: lompat, palang tidak rata, balok keseimbangan, dan lantai. Setiap alat butuh keterampilan unik seperti kekuatan, kelincahan, koordinasi, dan ketepatan.
BACA JUGA: Rifda Irfanaluthfi Tahan Sakit Cedera ACL di Olimpiade Paris 2024
Pada tahun 2005, sistem penilaian senam artistik mengalami perubahan besar. Hingga tahun 2004, penilaian dilakukan dengan skala maksimal 10 poin. Namun, sejak 2005, metode penilaian berubah menjadi kombinasi skor D (tingkat kesulitan/isi latihan) dan skor E (pelaksanaan), yang memungkinkan variasi lebih besar dalam penampilan para atlet.
Perubahan tersebut pertama kali dipertimbangkan setelah Olimpiade Montreal 1976, ketika pesenam Rumania, Nadia Comaneci, menjadi atlet pertama yang mencetak skor sempurna 10,0 dalam rutinitasnya di palang bertingkat selama kompetisi beregu.
(Kaje/Budis)