JAKARTA, TEROPONGEMDIA.ID — Fenomena rombongan jarang beli (Rojali) tidak selalu berkorelasi negatif atau merugikan, Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) justru menilai Rojali cukup menguntungkan bagi ritel makanan dan minuman.
Rojali merupakan orang-orang yang biasanya melihat-lihat barang di mal, namun tidak melakukan transaksi di tempat tersebut. Mereka lebih sering melakukan transaksi di toko online.
Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah menilai, ritel food and beverages (F&B) yang paling diuntungkan oleh fenomena Rojali ini.
“Yang paling untung Rojali ini F&B, artinya ritel F&B kami naik 5–10 persen. Karena nongkrong, pasti lihat muter-muter (mal) ya, haus, (beli) minum,” kata Budihardjo melansir Liputan6 di Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Baca Juga:
Kemnaker Ungkap PHK Januari-Juni 2025 Capai 42 Ribu Orang
Dapat Tarif 19 Persen, Pemerintah Optimis Pertumbuhan Ekonomi 5 persen
Meski demikian, ia mengakui bahwa Rojali berdampak terbalik pada penjualan toko ritel fesyen. Namun, para peritel F&B melihat peluang pendapatan dari fenomena ini. Strategi pemasaran pun dijalankan ketika orang yang batal beli baju atau produk lainnya, justru mampir di kafe di kawasan mal.
“Kalau misalnya nongkrong, kenapa tidak beli? Kan enggak mungkin duduk enggak beli. Kalau di kafe mesti beli minimal apa. Walaupun enggak semua orang harus beli. Kami juga datang dong, kalau es tehnya habis didatangi lagi, ditawar-tawarin lagi lah,” tuturnya.
“Sudah diantisipasi. Jadi memang sekarang, behavior-nya konsumen itu, meeting-nya di sana. Nah, tapi kalau yang habis makan ya dia enggak beli, dia belinya di online,” sambungnya.
(Dist)