BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Sejak akhir pekan lalu, kamp pengungsian di Rafah, Gaza telah menjadi sasaran serangan oleh tentara zionis Israel.
Serangan tersebut terjadi pada Sabtu, 26 Mei 2024, dan berlanjut pada Selasa, 28 Mei 2024, menewaskan puluhan orang dan memicu kecaman global.
Janji Netanyahu untuk Kamp Rafah
BACA JUGA: Tagar All Eyes on Rafah Kembali Menggema di Media Sosial
Melansir Al Jazeera, Rafah merupakan wilayah di perbatasan selatan Gaza yang berdekatan dengan Mesir. Dengan luas total 64 kilometer persegi, Rafah menampung sekitar 1,4 juta pengungsi Palestina.
Wilayah ini menjadi tujuan utama bagi pengungsi dari utara Gaza, yang diinstruksikan untuk mengungsi ke selatan oleh militer Israel pada Oktober 2023.
Pada awal serangan ke Gaza, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji untuk melindungi warga sipil yang mengungsi ke Rafah.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda, dengan serangan terus dilancarkan meskipun ada janji perlindungan tersebut.
Pengungsi di Rafah menghadapi kondisi yang sangat memilukan. Mereka tinggal di tenda-tenda yang padat dan kekurangan kebutuhan pokok.
Puing-puing sisa serangan menambah beban kehidupan di kamp-kamp pengungsian ini. Badan PBB urusan pengungsi Palestina, UNRWA, melaporkan penyebaran penyakit seperti hepatitis A akibat buruknya kondisi kebersihan.
Perhatian di Media Sosial
Serangan ke Rafah telah menimbulkan reaksi keras dari berbagai negara dan organisasi internasional. Di media sosial, tagar #AllEyesOnRafah menjadi trending, menunjukkan perhatian global terhadap penderitaan pengungsi Palestina di wilayah ini.
Serangan Israel ke kamp pengungsianRafah, meskipun dibenarkan oleh alasan keamanan, telah menimbulkan penderitaan yang besar bagi pengungsi Palestina.
Janji perlindungan yang tidak dipenuhi semakin memperburuk situasi, menyebabkan kecaman dan perhatian internasional yang luas terhadap krisis kemanusiaan di Gaza.
(Saepul/Aak)