BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID – Ekonom senior Indonesia, Burhanuddin Abdullah, menyoroti kondisi perekonomian global yang kian penuh tantangan.
Menurutnya, saat ini arus perdagangan dunia mulai tersendat, investasi melambat, dan suku bunga global cenderung naik seiring kebijakan moneter ketat di negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat.
“Dulu perdagangan sangat lancar, sekarang tidak lagi. Investasi dari negara-negara Timur Tengah yang biasanya deras juga mulai ditahan. Ditambah lagi, suku bunga naik, akibat kebijakan The Fed (Bank Sentral AS). Dampaknya, perekonomian global akan makin terasa ketat,” kata Burhanuddin di Kampus UIN Kota Bandung, Selasa (24/6/2025).
Namun, di tengah ketidakpastian global, Burhanuddin menegaskan Indonesia memiliki dua pekerjaan rumah besar yang harus diprioritaskan yakni pangan dan energi.
“Kalau dua hal itu saja bisa kita bereskan pangan cukup, energi cukup selebihnya kita nggak perlu terlalu khawatir. Nilai tukar mau naik atau turun, silakan saja. Yang penting rakyat makan cukup, energi ada,” jelasnya.
Selain itu, Burhanuddin juga menilai, Indonesia sudah berada di jalur yang tepat dalam hal ketahanan pangan. Bahkan, dirinya menyebut Indonesia berpotensi mengalami surplus beras hingga 50 persen tahun ini, dengan cadangan beras nasional diperkirakan mencapai 4 juta ton.
“Pangan kita sekarang bagus sekali. Gudang-gudang penuh, stok beras sangat memadai. Ini pencapaian yang patut kita syukuri,” ujarnya.
Namun untuk sektor energi, tantangannya masih besar. Burhanuddin menyebut Indonesia masih harus berjuang untuk mewujudkan kemandirian energi, salah satunya melalui pengembangan biodiesel berbahan dasar kelapa sawit (B35).
Baca Juga:
Presiden: Pemulihan Cepat Bawa Ekonomi Indonesia Naik Kelas
Akan tetapi, situasi geopolitik dunia, termasuk potensi kenaikan harga gas dan minyak akibat konflik global, perlu diantisipasi secara serius.
“Soal energi itu memang tidak mudah. Kita sudah mulai pakai biodiesel B35, tapi kita harus terus hitung-hitung lagi dampaknya. Perang yang terjadi di beberapa kawasan dunia bisa membuat harga gas dan bensin melonjak. Ini yang harus kita perhitungkan matang-matang,” ungkapnya.
Menanggapi potensi melambatnya investasi dari negara-negara Timur Tengah, Burhanuddin menilai kondisi tersebut bukan hanya akan dialami Indonesia, melainkan semua negara di dunia.
“Semua negara pasti akan terdampak. Ini bukan semata-mata masalah Indonesia, tapi masalah global. Geopolitik sekarang menjadi persoalan kita bersama,” pungkasnya.
Dengan memperkuat sektor pangan dan energi, Burhanuddin optimistis Indonesia mampu menghadapi berbagai tantangan global dengan lebih tangguh.
(Kyy/Budis)