BANDUNG,TM.ID – Gubernur Jabar Ridwan Kamil mendorong percepatan implementasi kebijakan green energy untuk meminimalisasi polusi udara, seperti yang terjadi di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Situasi ini sepertinya harus memaksa transisi dari energi karbon atau fosil, ke energi bersih sejatinya segera diakselerasi. Sebab risikonya menyangkut kesehatan masyarakat, terutama di Jakarta dan kawasan sekitarnya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, Presiden Joko Widodo telah menyatakan sikap untuk mengurai persoalan polusi udara ini dengan beberapa solusi.
Mayoritas adalah optimalisasi pemanfaatan sumber energi baru terbarukan (EBT), guna memulihkan udara Jakarta.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat kata dia, siap mendukung kebijakan tersebut. Apalagi dirinya sadar, beberapa daerah Jawa Barat yang menjadi kota/kabupaten satelit penunjang ibukota, turut memberikan andil terhadap kualitas udara DKI Jakarta, seperti Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi.
BACA JUGA: Lintas Kementerian Tangani Polusi Udara Jakarta
Terlebih Pemprov Jabar sambung dia, memang tengah gencar memaksimalkan EBT dan transisi energi bersih, baik dengan membuka peluang investasi pengelolaannya, maupun kebijakan lain.
“Urusan polusi, presiden menyatakan multi solusi. Satu, industri dikasih scrubber (Wet Scrubber), yaitu peredam polusi. Batubara perlahan diganti dengan energi terbarukan, contohnya di Cirata ada solar cell. Kemudian konversi kendaraan listrik, subsidi dinaikkan dari Rp7 juta ke Rp10 juta, supaya motor biasa beralih ke motor listrik,” ujar Ridwan Kamil, di Gedung Sate, Rabu (16/8/2023).
Secara prinsip lanjut dia, persoalan emisi karbon ini sejatinya memang harus diselesaikan bersama-sama dan komprehensif. Tidak bisa setengah-setengah, lantaran bersinggungan dengan beragam aspek sosial di masyarakat.
“Jadi saya titip jangan dipotong, seolah parsial (penyelesaiannya). Padahal kami komprehensif. Termasuk rekayasa cuaca, untuk mendorong angin ke laut. Termasuk merekayasa banyak hujan. Termasuk work from home (WFH). Ada 10 solusinya. Bogor, Depok, Bekasi masuk dalam kontribusi commiting. Di antara 10 itu akan kami lakukan,” imbuh Emil, sapaannya.
Dia menambahkan, untuk mengurangi polusi di Jakarta, pihaknya juga telah mengusulkan optimalisasi Dynamic Working Arrangement (DWA) atau biasa disebut WFH. Sehingga tidak hanya mengurangi polusi, tetapi juga kemacetan karena pekerja diberi ruang untuk bekerja di rumah masing-masing.
“Kurangi pergerakan, maka isu work from home yang sudah kami lakukan di Jawa Barat atau Dynamic Working Arrangement kemarin dijadikan referensi,” ucapnya.
BACA JUGA: Jokowi Instruksikan Rekayasa Cuaca dan WFH untuk Menangani Polusi Udara Jakarta
Selain itu, Emil juga mendorong agar kebiasaan baru kala pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa waktu lalu, dapat dilakukan kembali demi menjaga kesehatan, mengantisipasi dampak buruk dari polusi udara.
“Saat emergency (keluar rumah), gunakan masker karena polusi beracun. Preventif gunakan masker,” tandasnya.
(Dang Yul/Aak)