BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Banyaknya diskon di awal tahun, bisa menjadi ancaman bagi stabilitas keuangan jika tidak diimbangi dengan pengeloaan yang bijak.
Seorang pakar Ekonomi Syariah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Tika Widiastuti, SE, memberikan tips kelola keuangan agar tetap sehat di tengah euforia diskon yang sering menarik perhatian.
Menurut Prof. Tika, langkah pertama dalam mengelola keuangan adalah memahami perbedaan mendasar antara kebutuhan dan keinginan. Ia menegaskan pentingnya mengutamakan kebutuhan dalam pengeluaran.
“Konsumen harus memastikan belanja mereka benar-benar untuk memenuhi kebutuhan, bukan sekadar keinginan. Barang yang kita beli harus memiliki nilai manfaat yang jelas dan membawa keberkahan,” ungkapnya, melansir laman resmi Unair, Jumat (3/1/2024).
Ia juga menjelaskan hierarki kebutuhan dalam Islam yang terdiri dari tiga tingkatan: dharuriyah (kebutuhan pokok), hajiyat (penunjang), dan tahsiniyat (pelengkap).
“Utamakan kebutuhan dharuriyah seperti makan, tempat tinggal, dan transportasi sebelum mengalokasikan dana untuk hal lain,” tambahnya.
Pola Alokasi Keuangan Sehat
Prof. Tika membagikan formula sederhana untuk mengelola pendapatan secara efektif. Langkah pertama adalah menyisihkan 10 persen penghasilan untuk sedekah.
“Sedekah tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga menjadi pembuka pintu rezeki yang lebih luas,” ungkapnya.
Ia kemudian merekomendasikan alokasi 40 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk pembayaran utang produktif atau cicilan, dan 20 persen sisanya untuk dana darurat atau investasi.
“Dana darurat sangat penting untuk menghadapi situasi tak terduga, sedangkan investasi dapat menjadi cara cerdas untuk mengembangkan keuangan dalam jangka panjang,” terangnya.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dengan gaya hidup yang terlalu tinggi, yang sering kali menjadi penyebab utama pemborosan tanpa manfaat nyata.
Bijak Menghadapi Tren dan FOMO
Dengan semakin mudahnya akses ke tren belanja melalui media digital, Prof. Tika mengingatkan pentingnya menahan diri dari gaya hidup impulsif.
“Promosi dan tren yang marak di media sering kali memicu FOMO (fear of missing out). Jangan sampai kita terjebak membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan hanya karena tren,” pesannya.
Untuk mencegah hal ini, ia menyarankan masyarakat membuat anggaran belanja sebelum tergiur diskon. Dengan anggaran yang jelas, konsumen dapat tetap fokus pada prioritas tanpa tergoda membeli barang-barang yang tidak esensial.
Investasi dalam Kesehatan Keuangan
Mengelola keuangan dengan bijak, kata Prof. Tika, adalah investasi untuk masa depan. Ia mengingatkan, kebahagiaan tidak hanya berasal dari kepemilikan barang, tetapi juga dari stabilitas finansial yang memberikan rasa tenang.
“Kesehatan keuangan adalah kunci untuk hidup lebih berkah dan tenang. Bijaklah dalam membelanjakan uang agar tidak hanya memenuhi kebutuhan hari ini, tetapi juga mempersiapkan masa depan,” pungkasnya.
BACA JUGA: Perkumpulan DPLK dan bank bjb Edukasi Mahasiswa Pentingnya Kelola Keuangan di Usia Muda
Memahami cara kelola keuangan dengan bijak dan tepat, seperti membuat anggaran dan mengelola gaya hidup, masyarakat bisa menikmati momen belanja tanpa harus mengorbankan stabilitas keuangan mereka.
(Virdiya/Budis)