BANDUNG, TM.ID: Omset pedagang ayam potong di Kota Bandung anjlok sampai 60 persen gara-gara masih tingginya harga. Seperti di Pasar Cihapit Kota Bandung, harga ayam potong masih di kisaran harga Rp50 ribu per kilogramnya.
Seperti disampaikan oleh Yani, pedagang ayam potong di pasar tersebut. Dia mengeluhkan, harga ayam potong dari distributor tak kunjung turun dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini.
Omset Pedagang Ayam Potong Turun Drastis
Kenaikan harga ayam potong ini diakuinya sangat memberatkan, karena jumlah pembeli menurun drastis bahkan hingga 50 persen ketika harga normal. Dia berharap, pemerintah pusat dapat turun tangan membantu menormalisasi harga, sehingga dapat kembali terjangkau oleh masyarakat.
“Iya (cerita). Sudah dua bulan lebih, sampai sekarang belum turun-turun. Normalnya Rp35 ribu perkilo, sekarang sudh Rp50 ribu. Menurun pembeli. Mudah-mudahan harga normal lagi, kasihan pedagang, pembeli. Saya juga jadi kurang penjualannya, turun 50 persen,” ujarnya di Pasar Cihapit, Kota Bandung, Kamis (13/7/2023).
BACA JUGA: Ini Penyebab Tingginya Harga Ayam Potong di Jabar Sejak Lebaran Lalu
Eneng, pedagang lain mengatakan, ketika harga normal dalam sehari dirinya mampu menjual hingga 45 ekor ayam. Namun kini, hingga siang pun 15 ekor yang dipotong belum juga habis laku terjual. Pendapatannya anjlok, hingga 60 persen akibat dari kenaikan harga ayam potong.
“Dari sebelum Idul Adha sudah naik. Biasanya sehari tiga kali potong. Sekali potong itu 15 ekor. Sekarang (siang) baru sekali. 60 persen, agak merosot,” keluhnya.
Lilis, pembeli ayam potong di Pasar Cihapit berharap harga dapat kembali normal seperti biasa. Sebab kenaikan ini sangat memberatkan bagi masyarakat seperti dirinya, yang membutuhkan untuk konsumsi harian.
“Inginnya kembali normal. Sekarang Rp50 ribu. Biasanya Rp40 ribu sekilo,” harapnya.
Harga Pakan Ayam
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat Noneng Komara Nengsih menuturkan, kenaikan harga ayam potong merata terjadi di 27 kota/kabupaten se-Jabar. Ini terjadi karena produktivitas pipilan jagung dari negara pengekspor, yang menjadi bahan pakan ayam di Indonesia mengalami fenomena El Nino.
Sehingga menyebabkan hasil produksi sedikit dan harganya menjadi naik, ketika masuk ke Indonesia. Tidak hanya ayam sambung dia, harga telur juga turut berimbas akibat adanya kejadian ini.
BACA JUGA: Harga Daging Ayam Sudah 2 Bulan Meroket, Pedagang Mogok Jualan di Jabar
“Masalah utama, di kenaikan pakan. Dari Jagung. Sampai saat ini (Indonesia) masih banyak impor. Pengekspor jagung terbesar ke kita, India. Kena El Nino, bencana. Kemudian berkurang suplai pipilan jagung. Sebetulnya dari sebelum Idul Fitri mulai meningkat, tapi berimbasnya ke telur dan ayam di kemudian hari (sekarang),” terangnya beberapa waktu lalu.
Menyikapi persoalan ini, Noneng mengaku pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan Badan Pangan Nasional (Bapanas), guna menyiasati kenaikan harga ini agar dapat kembali normal.
“Koordinasi di Pemprov dan Bapanas itu yang dilakukan terus-menerus, karena masyarakat Jawa Barat terbanyak konsumsi ayam. Koordinasi dengan pusat untuk intervensi, supaya menjaga harga tidak terus meningkat,” imbuhnya.
BACA JUGA: Jelang Idul Adha 1444 H Harga Daging Ayam di Bekasi Melambung
Tidak Ada Subsidi Harga
Noneng melanjutkan, terkait masalah ini besar kemungkinan tidak akan ada operasi pasar berupa pemberian subisidi, karena anggaran tahun ini telah dimanfaatkan sebelum perayaan Idul Fitri lalu, sebesar Rp10 miliar.
“Pemantauan terus kita lakukan. Untuk subsidi, tahun ini sudah selesai ketika menjelang Idul Fitri. Rp10 miliar dikucurkan. Tahun depan baru ada lagi anggarannya,” tandasnya.
(Dang Yul)