Di Balik Kacamata Hitam: Mistis Tari Sintren yang Tak Terungkap

Mistis Tari Sintren
(Tangkap Layar YouTube MISTERIA)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tari Sintren merupakan kesenian tari tradisional yang kental dengan mistis berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Tidak hanya sebagai kesenian tradisional, Tari Sintren juga mengandung unsur magis dalam pementasannya.

Oleh karena itu, Tari Sintren tidak boleh dipentaskan hanya untuk hiburan semata, melainkan harus dalam kerangka adat yang baku.

Dalam pementasannya, Tari Sintren dibawakan oleh penari yang mengenakan kostum khusus dengan ciri khas berkacamata hitam.

Sejarah Tari Sintren

Secara bahasa, Tari Sintren berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “si” dan “tren”. Kata “si” merupakan ungkapan panggilan yang berarti “dia”. Sedangkan “tren” berasal dari kata “tri” atau “putri”.

Sehingga kata “sintren” memiliki arti “si putri”, yang dalam konteks tarian merujuk pada si penari.

Selain itu, Sintren juga diduga berasal dari kata “sindir” dan “tetaren”, yang berarti menyindir suatu pihak melalui tari-tarian.

Munculnya Sintren berkaitan dengan sosok Seca Branti, seorang abdi Pangeran Diponegoro yang berhasil melarikan diri ke daerah Indramayu. Saat itu, Seca Branti sering berkumpul dengan para pemuda untuk membacakan syair-syair perjuangan.

Lambat laun, aktivitas tersebut diketahui oleh Belanda dan dilarang. Belanda lebih menyukai kegiatan pemuda yang di dalamnya ada minuman keras dan wanita penghibur.

Untuk itu, kelompok pemuda bersama Seca Branti lantas menghadirkan wanita untuk menari di tengah-tengah mereka. Penari wanita ini hanya untuk mengelabuhi Belanda. Padahal, aktivitas utama tetap membacakan syair perjuangan melawan Belanda.

Dalam perkembangannya, aktivitas Sintren semakin digemari oleh masyarakat dan berkembang menjadi bentuk kesenian seperti saat ini.

Prosesi Tari Sintren

Dalam Tari Sintren yang kental dengan hal mistis ini terdapat pemeran utama yaitu penari perempuan yang masih gadis. Penari perempuan ini harus dalam keadaan suci, bahkan harus melakukan puasa sebelum pementasan.

Selain itu juga ada seorang awang atau dukun yang bertugas sebagai dalang Tari Sintren.

Awalnya, ki dukun akan membakar kemenyan dan membaca mantra, yang disusul tetabuhan dari musik pengiring.

Berikutnya, penari atau Nyi Putri yang sudah mengenakan busana khusus lengkap dengan kacamata hitam akan masuk dalam kurungan ayam. Prosesi masuknya penari ke kurungan ayam diiringi dengan syair “Turun Sintren”, yang merupakan mantra untuk memanggol roh.

Penari kemudian akan diikat seluruh tubuhnya dan dimasukkan ke dalam kurungan ayam. Saat ini diiringi syair “Bari Lais”. Lalu ki dukun akan membacakan mantra kepada penari yang ada di dalam kurungan seraya diiringi syair “Sih Solasih”.

Saat syair “Sih Solasih” dinyanyikan, penari di dalam kurungan akan melepas ikatan yang membelenggunya. Berikutnya, kurungan ayam akan dibuka. Saat itu ternyata penari sudah bisa lepas dari ikatan.

Nyi Putri akan mulai menari dan diiringi dengan syair “Widaderi Nger-nger”. Penonton akan heran bagaimana penari bisa melepas ikatan yang kuat.

Saat Nyi Putri sedang menari, para penonton akan melemparkan sesuatu ke arahnya. Biasanya yang dilempar adalah uang. Bukannya senang, penari justru jatuh pingsan saat dilempari uang.

Saat penari pingsan, ki dukun akan sigap menyadarkannya dengan mantra-mantra yang dibacakan. Setelah siuman, Nyi Putri akan kembali menari.

Prosesi diakhiri dengan gerakan Temohon. Gerakan Temohon yaitu penari akan mendatangi penonton yang hendak memberikan uang sebagai ucapan terima kasih.

BACA JUGA : Tari Seblang: Tradisi Sakral Suku Osing Banyuwangi

Makna Tari Sintren

Dalam prosesi Tari Sintren, ada dua hal yang menonjol yaitu kurungan ayam atau Ranggap dan uang.

Kurungan ayam yang berbentuk melengkung menggambarkan fase kehidupan manusia. Dalam hidup, ada kalanya manusia di atas namun ada pula saat-saat manusia di bawah.

Hal ini akan mengingatkan manusia terhadap dari dan kemana mereka berasal, atau yang oleh masyarakat Jawa disebut “sangkan paraning dumadi”.

Berikutnya adalah uang. Uang dilemparkan oleh para penonton saat penari sedang menarikan tariannya. Anehnya, saat dilempar uang penari justru jatuh pingsan.

Hal ini menjadi pengingat bagi manusia agar tidak terlalu mendewakan duniawi dalam hidup. Pingsannya penari mengingatkan penonton bahwa serakah terhadap dunia justru akan membuat manusia jatuh.

 

(Hafidah Rismayanti/Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
prabowo hapus utang umkm
Prabowo Bakal Hapus Utang UMKM, OJK: Sangat Mungkin Direalisasikan
KONI Jabar Beri Penghargaan Untuk STKIP Pasundan
KONI Jabar Beri Penghargaan Untuk STKIP Pasundan Usai Menyubang 43 Emas di PON Aceh - Sumatera Utara
Pemkot Bandung Ajak Masyarakat Hingga Pondok Pesantren untuk Memilah Sampah
Pemkot Bandung Ajak Masyarakat Hingga Pondok Pesantren untuk Memilah Sampah
Cek Fakta
Cek Fakta : Pesan Berantai Minta Matikan Ponsel Demi Hindari Radiasi Kosmik
PT Angkasa Pura II pastikan Operasional bandara Berjalan Normal
WNA Pemilik ITAP dan ITAS Bisa Autogate di Bandara
Berita Lainnya

1

Sampah Makanan Bergizi Gratis akan Diolah jadi Pupuk

2

Cek Fakta : Kloning Babi dan Sapi di China?

3

Bikin Macet, Paku Bumi Jatuh di Jalan Buah Batu - Soekarno Hatta Bandung

4

Pemkot Bandung Tekankan Pentingnya Pengelolaan Sampah dengan Skema Tata Kelola Pengolahan Sampah Terstruktur

5

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!
Headline
Jorge Martin Kuasai Sirkuit Phillip Island
Jadi yang Tercepat di Sirkuit Sepang, Jorge Martin OTW Juara MotoGP 2024
timnas Indonesia
27 Pemain Timnas Indonesia Dipanggil Jelang Laga Versus Jepang dan Arab Saudi, 2 Pemain Absen
Siklon Tropis Penyebab Suhu Panas Meningkat
BMKG Sebut Siklon Tropis Penyebab Suhu Panas Meningkat
BPOM Desak Penjualan Jajanan Impor Latiao Online Disetop
Ditemukan Bakteri, BPOM Desak Penjualan Jajanan Impor Latiao Disetop!