BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Universitas Brawijaya (UB) resmikan Museum Hak Asasi Manusia (HAM) Munir di Gedung B Fakultas Hukum (FH) UB.
Peresmian museum sebagai bentuk dedikasi terhadap perjuangan Munir.
“Peresmian Museum HAM Munir ini adalah bentuk nyata dari dedikasi kami dalam menghormati dan melanjutkan perjuangan Munir dalam menegakkan keadilan dan hak asasi manusia di Indonesia,” ujar Dekan Fakultas Hukum UB, Dr. Aan Eko Widiarto, S.H., M.Hum., dalam sambutan acara peresmian Museum, melansir laman resmi UB, Rabu (28/9/2024)
Harapannya Museum Munir dapat berfungsi sebagai pusat kajian hak asasi manusia serta pelestarian nilai-nilai kemanusiaan.
Museum ini akan menampilkan berbagai koleksi terkait kehidupan dan perjuangan Munir, seperti dokumen-dokumen penting, foto, serta artefak yang mencerminkan dedikasinya dalam memperjuangkan hak asasi manusia.
Acara peresmian ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk para akademisi, aktivis HAM, serta mahasiswa.
Proses pemotongan pita oleh Dekan Fakultas Hukum UB, Dr. Aan Eko Widiarto, S.H., M.Hum., bersama dengan Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Sumber Daya Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ali Safaat, S.H., M.H.
BACA JUGA: Eks Penyidik Kasus Munir Jadi Komisaris Independen Asabri
Setelah pemotongan pita selesai, keduanya menandatangani plakat sebagai simbolis resmi museum HAM Munir yang terbuka untuk umum. Acara tersebut juga berlangsung dengan penuh khidmat.
Siapa Munir?
Munir Said Thalib, S.H. (8 Desember 1965 – 7 September 2004) adalah seorang aktivis hak asasi manusia dari Indonesia.
Ia merupakan salah satu pendiri lembaga swadaya masyarakat Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) serta Imparsial.
Pada bulan September 2004, saat berada di Garuda Indonesia Penerbangan 974 dari Jakarta menuju Amsterdam dengan pesawat tipe 747-400, Munir dibunuh dengan cara diracuni menggunakan arsen.
(Virdiya/Budis)