BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Belakangan ini, dunia media sosial heboh dengan klaim bahwa pabrik-pabrik di China menjual produk tiruan tas mewah seperti Hermes dan produk fashion ternama lainnya dengan harga miring lewat TikTok.
Banyak video yang viral, memperlihatkan “versi murah” dari tas, sepatu, hingga legging premium, membuat netizen bertanya-tanya: Benarkah produk-produk ini asli? Apakah klaim pabrik China bisa dipercaya? Berikut cek faktanya.
Klaim Pabrik China Jual Tas Mirip Hermes Birkin
Salah satu video yang viral memperlihatkan seorang pria memegang tas mirip Hermes Birkin, dan mengklaim biaya produksinya hanya sekitar US$1.400 (Rp23 jutaan), dibandingkan harga jual resmi Hermes yang mencapai US$38.000 (Rp640 jutaan).
Juru bicara Hermes menegaskan bahwa tas-tas mereka diproduksi 100% di Prancis. Mereka tidak memberikan komentar lebih lanjut, tetapi faktanya Hermes memiliki sistem produksi eksklusif, menggunakan perajin terlatih, serta bahan berkualitas tinggi yang diawasi ketat. Tas yang dijual pabrik China tidak memuat logo Hermes, artinya mereka tidak resmi dan tidak bisa disebut produk asli Hermes.
Klaim produk serupa Hermes dijual langsung oleh pabrik China benar adanya, tapi bukan produk resmi Hermes.
Video lain menunjukkan pabrik China yang menawarkan legging serupa brand ternama Lululemon hanya seharga US$5 (Rp84.000-an).
Lululemon secara resmi membantah bekerja sama dengan pabrik-pabrik tersebut. Perusahaan telah meminta TikTok menghapus video dan memperingatkan konsumen untuk waspada terhadap produk palsu. Lululemon juga menegaskan produk mereka tidak dibuat di pabrik yang muncul di video viral.
Produk yang ditawarkan bukanlah produk resmi Lululemon, meskipun mungkin memiliki tampilan serupa.
Baca Juga:
CEK FAKTA: AFC Larang Naturalisasi Pemain Belanda untuk Timnas Indonesia
Cek Fakta: Klaim Penghapusan Nama Jokowi dari Daftar Finalis OCCRP
Apakah Produk-Produk Ini Disahkan Pemerintah China?
Banyak spekulasi bahwa pemerintah China membiarkan pabrik-pabrik ini mengiklankan produk tiruan sebagai respons terhadap perang dagang dengan AS.
Menurut analis ritel Sucharita Kodali dari Forrester, pabrik-pabrik besar seperti Hermes dan Lululemon memiliki perjanjian kerahasiaan yang ketat dengan produsen mereka. Pelanggaran semacam ini sangat berisiko bagi pabrik yang benar-benar bekerja sama secara resmi.
Kodali menduga viralnya video pabrik ini mungkin terjadi karena adanya kelonggaran pengawasan dari otoritas lokal di China. Tetapi tidak ada bukti resmi bahwa pemerintah China sengaja mengizinkan atau mendukung aktivitas ini.
Belum ada bukti kuat bahwa pemerintah China secara aktif mengarahkan atau mendukung penyebaran video-video tersebut.
Banyak warga AS menunjukkan solidaritas dengan pabrik China, memprotes tarif tinggi Presiden Trump, dan bahkan mendorong aplikasi e-commerce China seperti DHGate ke posisi puncak download di AS.
Benar, menurut data yang dikutip dari The Economic Times, aplikasi seperti DHGate dan Taobao mengalami lonjakan unduhan di Apple Store dan Google Play pada April 2025.
Ini menunjukkan adanya peningkatan ketertarikan konsumen AS terhadap barang-barang murah dari China di tengah kenaikan harga akibat tarif impor.
(Hafidah Rismayanti/Budis)