JAKARTA,TM.ID : Arab Saudi sedang menghadapi musim panas dengan suhu yang sangat tinggi, mencapai 46 derajat Celsius. Walaupun puncak musim panas diperkirakan terjadi pada bulan Juli-Agustus 2023, saat ini kondisinya sudah terasa panas terik di kota Madinah.
Menurut M Imran, Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, cuaca panas di Arab Saudi memiliki perbedaan karakteristik dengan di Indonesia.
“Di Indonesia paling panas 33-35 derajat celsius dengan kelembaban di atas 60 persen. Sementara di Arab Saudi kelembabannya kering, di bawah 50 persen,” ujar Imran.
Kondisi udara yang kering ini menyebabkan jamaah haji tidak mudah berkeringat meskipun terkena panas yang menyengat. Padahal, keringat adalah mekanisme alami tubuh untuk melawan panas dengan cara mendinginkan kulit.
Akibat dari cuaca panas ini, terdapat tiga jenis penyakit yang mungkin muncul. Pertama, infeksi saluran pernapasan atau ISPA yang ditandai dengan gejala batuk.
Kedua, dehidrasi, yang menjadi kondisi serius karena udara kering membuat orang yang beraktivitas di luar ruangan tidak mudah merasakan haus karena penguapan cairan yang lambat.
Ketiga, yang paling berbahaya adalah heat stroke atau kelelahan panas. Jika seseorang mengalami heat stroke, penanganan medis segera diperlukan di rumah sakit.
“Di Arab Saudi penguapan lambat jadi tidak gampang haus, Karena itu jamaah haji harus minum 200 mililiter per jam. Namun tidak diminum sekaligus, melainkan minum 1-2 teguk tiap berapa menit,” ucap dia.
Imran memberikan beberapa saran untuk mengurangi dampak negatif dari musim panas ini. Jamaah haji disarankan untuk menggunakan payung, masker, dan membawa semprotan air untuk wajah.
Saat merasa panas, jamaah dapat menyemprotkan air ke wajah dan kulit yang terpapar sinar matahari. Hal ini dapat membantu mengurangi efek panas yang negatif. Jika melihat seseorang mengalami kepanasan, sebaiknya membawanya ke tempat teduh dan menggunakan semprotan air dingin untuk mencegah terjadinya heat stroke.
Dalam situasi darurat, jamaah haji dapat segera menghubungi Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) melalui aplikasi tele-jamaah yang dilengkapi dengan tombol panik (panic button) untuk meminta bantuan kesehatan.
Selain itu, penting bagi jamaah haji untuk selalu membawa Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH), terutama saat sedang melaksanakan ibadah haji. KKJH adalah kartu identitas yang mencakup informasi kesehatan jemaah, termasuk rekam medis, vaksinasi, dan riwayat kesehatan sebelumnya. Kartu ini dilengkapi dengan barcode dan QR code yang dapat diakses oleh tenaga kesehatan melalui aplikasi tele-petugas untuk mendapatkan informasi kesehatan jemaah berdasarkan nomor porsi.
BACA JUGA: Menag Yaqut Upayakan Makanan Khusus Bagi Jamaah Haji Lansia
KKJH tersedia dalam dua warna, oranye dan putih. Jemaah dengan KKJH berwarna oranye menandakan status kesehatan yang berisiko tinggi, sementara KKJH berwarna putih menunjukkan status kesehatan yang tidak berisiko. Jemaah dengan status kesehatan yang berisiko tinggi umumnya berusia 60 tahun ke atas atau memiliki faktor risiko kesehatan yang dapat menyebabkan keterbatasan.
KKJH sangat membantu tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan kepada jemaah haji. Diharapkan dengan adanya KKJH, kesehatan jemaah haji dapat terjaga dengan baik sehingga ibadah haji dapat berjalan lancar.
Oleh karena itu, setiap jamaah haji diimbau untuk selalu membawa KKJH, terutama saat meninggalkan tempat penginapan (pondokan), agar memudahkan petugas kesehatan dalam mengakses informasi kesehatan jemaah melalui pemindaian barcode yang terdapat dalam KKJH.
(Budis)