BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali mempromosikan platform GANA, sebuah layanan digital yang menyajikan kumpulan aset game bertema budaya Indonesia. Tapi langkah ini justru menuai banyak kritik dari pelaku industri gim lokal.
Salah satu suara lantang datang dari CEO Toge Productions, Kris Antoni. Lewat akun X miliknya, @kerissakti, Kris terang-terangan menyarankan agar GANA tidak digunakan untuk proyek apa pun.
“Niatnya sih baik, tapi pada kenyataannya nggak bermanfaat. Sebagai pelaku industri game, saya nggak nyaranin pakai aset-aset ini ke siapa pun untuk proyek apa pun,” tulis Kris.
Menurutnya, ada beberapa alasan kenapa dia menolak penggunaan aset dari GANA:
- Belum ada informasi legal tentang lisensi copyright, penggunaan dan distribusi assetnya. Creative Commons? tipe apa? BY? NC? SA? ND? Tanpa ada legal agreement dan disclaimer, penggunaan dan distribusi asset2 ini tidak memiliki perlindungan hukum.
- Platform terbuka, siapapun bisa join sebagai creator, tapi sepertinya minim kurasi. Jadi bisa banyak asset problematis yg disubmit, seperti GenAI yg berpotensi melanggar hak cipta atau asset yg dibuat dengan interpretasi/pemahaman budaya yg salah.
- Asset2nya kebanyakan dibuat berkerjasama dengan universitas, alias dibikin oleh anak2 kuliahan, bukan profesional, terlihat dari kualitas assetnya yang kurang layak untuk digunakan dalam proyek komersil.
BACA JUGA:
Mendikdasmen Larang Anak-Anak Main Roblox, Ini Alasannya!
Daftar Tim dan Roster MPL ID S16 Resmi Dirilis, Perebutan Tiket M7 Dimulai!
Netizen Ikut Nyinyir
Pernyataan Kris langsung disambut komentar dari banyak pengguna media sosial. Sebagian besar mempertanyakan kualitas dan transparansi platform GANA.
“Kalau dipakai nanti ditarik pajak, royalti, dll. Apa sih yang nggak dipajakin? 😂” tulis akun @al****n.
Akun @tegar_g****t juga menyoroti soal kurasi dari BRIN, “Inisiasinya oke, tapi pelaksanaannya yang nggak jelas. Kalau liat IG BRIN, yang bikin platform ini kebanyakan peneliti dari bidang STEM, bukan seni. Nggak heran kalau nggak ada kurasi. Gue udah coba buka web-nya, ternyata masih prototype. Semoga pas rilis full ada kurator yang paham Game Art.”
Ada juga yang curiga soal niat di balik aset gratis dari pemerintah. “‘Gratis dari pemerintah RI’, pasti ada udang di balik batu. Apalagi kalau menyangkut profit, mending hati-hati deh,” tulis akun @rizqi_ramad****i.
Sampai berita ini diturunkan, pihak BRIN belum memberikan tanggapan resmi atas kritik dari Kris Antoni maupun netizen lainnya.
(Haqi/_Usk)