BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pasca mundurnya Gus Miftah dari posisi sebagai Utusan Khusus Presiden, akibat menghina pedagang es teh di Magelang, Jawa Tengah, nama pendakwah Ustadz Adi Hidayat (UAH) pun mencuat. Simak dalam artikel ini, biografi singkat Ustadz Adi Hidayat.
Ustadz Adi Hidayat dirumorkan sebagai satu dari dekian calon pengganti Miftah Maulana sang penceramah yang bernama asli Ta’im itu, untuk posisinya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Lalu, siapa yan tak kenal Ustadz Adi Hidayat? Nama UAH ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat terkhususnya umat muslim.
Ia adalah sosok ustadz muda yang banyak disukai semua kalangan karena gaya penyampaian yang lugas, simple dan jelas, dengan tingkat pemahaman keilmuannya yang mendlam, baik Quran maupun hadist.
Gaya penyampaian kajian Islam UAH yang detail, mendalam, tetapi tetap humoris, dinilai cukup mudah dipahami oleh para jamaahnya.
Maka tak heran jika Ustadz Adi Hidayat begitu populer di semua kalangan masyarakat tanpa tersekat kelompok maupun madzhab, karena materi kajian quran atau hadist yang komprehensif.
Biografi Ustadz Adi Hidayat
Mengutip laman ummi.ac.id, profil Ustadz Adi Hidayat dikupas habis oleh penulis Rusydie Anwar, mulai dari biografi singkat, taushiyah-taushiyahnya yang menjabarkan agama Islam secara mendalam, hingga anekdot-anekdot yang membuat kajian tetap menyegarkan.
Mengenai biografi dari Ustadz Adi Hidayat yang kerap disapa UAH ini dilahirkan di Pandeglang, Banten, pada 11 September 1984.
Ayah UAH bernama Warso Supena dan ibunya bernama Hj Rafiah Akhyar. UAH memiliki beberapa orang saudara yakni Ade Rahmat, Neng Inayatin, Ima Rakhmawati, dan Ita Haryati.
UAH kemudian menjadi seorang dai muda yang kiprahnya sudah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, setiap video ceramahnya selalu viral di berbagai platform media, baik kanal YouTube, Facebook, Instagram, termasuk media televisi AkhyarTV.
Pernikahan
UAH telah menikah dengan seorang perempuan yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan beberapa keluarga kyai pesantren di Pati, Jawa Tengah.
Kini UAH dari pernikahannya dengan Shufairok atau Mbak Iir telah dikaruniai lima anak. Mereka adalah Muhammad Hamil Quran, Amelia Habibatul Musthofa, Muhammad Abdullah Amali, Rabi’ati Khairatun Hisan, Amira Rafi’ati Muslimah.
Pendidikan
Selama menempuh pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai SD, UAH senantiasa menyandang gelar sebagai siswa terbaik dengan nilai tertinggi.
Bahkan potensinya semakin terasah semenjak mengenyam pendidikan di Madrasah Salafiyyah Sanusiyyah. UAH sangat aktif mengikuti kegiatan muhadhoroh atau latihan berpidato atau ceramah.
Bahkan kemampunnya dikenal sangat mahir dibandingkan teman-temannya yang lain, sehingga ia kerap ditunjuk untuk tampil sebagai penceramah dalam berbagai acara.
Tahun 1997 UAH mulai melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, Jawa Barat. Di sana pula ia menempuh pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madarasah Aliyah (MA).
Selama menjalani pendidikannya di pesantren, UAH mulai serius dan tekun mendalami ilmu agama Islam dengan salah satu gurunya yang berpengaruh adalah Buya KH Miskun As-Syatibi. Inilah titik awal munculnya semangat dan kecintaan UAH untuk mendalami Al-Quran dan hadits.
Kecerdasan UAH selama menjalani pendidikan di pesantren menoreh banyak prestasi di berbagai tingkat sampai level Provinsi Jawa Barat.
Berkat kecerdasan dan penguasaannya terutama di bidang syarh tafsir Al-Qur’an, UAH kerap diikutsertakan untuk berdakwah di wilayah Banten.
Dalam proses pendidikannya ia mendapatkan berbagai undangan untuk melanjutkan studi mulai dari Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hingga ia melanjutkan di Kuliyya Dakwah Islamiyah Libya.
Di sinilah UAH semakin intensif dalam mempelajari berbagai ilmu Islam antara lain ilmu Al-Qur’an, hadits, fiqh, ushul fiqh, tarikh, dan lughah.
Kecintaannya pada al-Qur’an, mejadikan UAH mengambil jurusan Lughah Arabiyyah wa Adabuha. Ilmu ini lebih memfokuskan dalam mempelajari seluk-beluk bahasa Arab dan aturan-aturan di dalamnya secara terperinci, sehingga mendukung dalam upaya memahami dua sumber syariat Islam yakni Al-Qur’an dan hadits.
Selama proses pendidikannya, UAH senantiasa berguru kepada beberapa Syekh dan para ulama yang sangat berpengaruh baik dari bidang Al-Qur’an, tafsir, ilmu fiqh dan ilmu yang lainnya.
BACA JUGA: Ustadz Adi Hidayat Masuk Calon Pengganti Miftah, Berapa Gaji Utusan Khusus Presiden?
Gaya Berdakwah
Mengenai gaya dan sarana dakwah, Ustadz Adi Hidayat memiliki ciri khas dengan sikap yang tegas yang dipengaruhi oleh penguasaanya yang luas serta detail mengenai hukum Islam.
Sehingga, dengan ketegasannya tersebut memberikan kepastian dalam menanggapi berbagai persoalan yang dihadapi oleh jamaah berkaitan dengan masalah hukum.
Dalam berdakwahnya UAH juga dikenal sebagai sosok yang memiliki kelembutan hati, humoris, juga kemampuan retorika dakwah yang baik.
Dalam penyampaian materinya UAH juga senantiasa menuliskan poin-poin penting dan referensi berupa kitab-kitabnya dengan menggunakan media papan tulis.
Hal tersebut mengingatkan banyak orang kepada gurunya yang mengajar baik di sekolah, maupun ustadz dan kiai ketika mengajar di pondok pesantren.
Hal yang tidak kalah menarik yaitu pemanfaatan berbagai macam media sosial baik berupa facebook, twitter, instagram, siaran televisi maupun YouTube sebagai media dakwahnya, sehingga dapat diakses dengan mudah oleh seluruh lapisan masyarakat dimanapun berada.
Guyon ala UAH
Guyon atau candaan UAH senantiasa dalam bentuk anekdot, antara lain mengenai kaidah bahasa Arab, bahwasanya tidak semua kosakata Arab mencirikan Islam.
UAH menekankan, belajar bahasa Arab sangatlah penting, terutama dalam upaya memahami ilmu-ilmu Islam yang memang banyak ditulis menggunakan bahasa Arab.
(Aak)