BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tanah air kembali kehilangan sosok akademisi yang cukup berpengaruh dalam memberikan saran, ide, dan gagasan bagi kemajuan bangsa. Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 1998-2002 yang sempat juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pers, Prof. Ichlasul Amal, meninggal dunia pada Kamis (14/11/2024) pukul 04.10 WIB.
Prof. Ichlasul Amal wafat dalam usia 82 tahun. Beliau meninggalkan warisan pemikiran dan kontribusi yang besar di bidang akademik dan sosial. Berikut jejak hidupnya yang menginspirasi.
Latar Belakang dan Pendidikan
Dilahirkan pada 1 Agustus 1942 di Jember, Jawa Timur, Prof. Ichlasul Amal tumbuh dalam keluarga yang kental dengan nilai perdagangan dan pesantren. Ia menikah dengan Ery Hariati, rekan sealmamater di UGM, dan mereka dikaruniai tiga anak, Amelin Herani dan Akmal Herawan, serta seorang anak lainnya yang telah meninggal dunia.
Sejak kecil, Amal dikenal berprestasi dan selalu menempati peringkat teratas di sekolahnya. Selepas SMA, ia diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Airlangga (Unair), namun akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikan di Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, dan meraih gelar sarjana pada 1967.
Tidak lama setelah lulus, Amal langsung ditunjuk sebagai dosen di UGM di tengah krisis pengajar yang dialami universitas pasca-peristiwa G30S.
Studi Lanjut dan Karier Akademik
Demi memperdalam ilmunya, Amal melanjutkan studi di luar negeri dengan dukungan beasiswa Fullbright di Northern Illinois University, Amerika Serikat, dan memperoleh gelar Master of Arts (M.A.) di bidang Ilmu Politik pada 1974.
Pendidikan doktoralnya ditempuh di Monash University, Australia, yang berhasil ia selesaikan pada 1984 dengan disertasi tentang hubungan pusat dan daerah dalam politik dalam negeri Indonesia.
Setelah menyelesaikan studi, Amal kembali ke Indonesia dan menjadi Guru Besar Ilmu Politik di UGM. Sosoknya dikenal sebagai pengamat politik yang objektif dan kritis, khususnya dalam menyikapi kebijakan pemerintah. Berkat sikap kritisnya, Amal sering kali dipandang sebagai akademisi yang ‘sangar’ oleh berbagai kalangan.
Karier di UGM dan Dedikasi pada Masyarakat
Selain mengajar, Prof. Ichlasul Amal juga memegang sejumlah posisi penting di UGM, termasuk sebagai Direktur Pusat Antar Universitas Studi Sosial (1986-1988), Dekan Fisipol (1988-1994), dan Direktur Program Pascasarjana UGM (1994-1998). Puncak kariernya di UGM adalah saat menjabat sebagai Rektor dari 1998 hingga 2002.
Di luar karier akademis, Amal juga aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Ia pernah menjadi Ketua Pembangunan Masjid Kampus Shalahuddin UGM (1998-2000), Ketua Yayasan Masjid Kampus UGM (2000-2014), dan Ketua Takmir Masjid Kampus UGM (2014-2017). Selain itu, Prof Amal menjabat sebagai Ketua Dewan Pers dari 2003 hingga 2010, berperan dalam meningkatkan profesionalisme media di Indonesia.
Kontribusi dan Warisan Pemikiran
Kritiknya yang jernih dan pandangan tajam dalam bidang politik membuat Prof. Amal terus dihormati bahkan setelah tidak lagi menjabat sebagai rektor. Jabatan terakhirnya sebagai Ketua Dewan Pers banyak menghasilkan panduan bagi dunia jurnalistik, dan ia dikenal sebagai pengamat politik yang independen, tak terpengaruh oleh kepentingan pribadi.
BACA JUGA: Kabar Duka, Mantan Rektor UGM, Prof. Ichlasul Amal, Tutup Usia di Usia 82 Tahun
Prof. Ichlasul Amal tidak hanya meninggalkan jejak sebagai akademisi berprestasi, tetapi juga sebagai pemikir yang memberikan kontribusi besar bagi pendidikan, politik, dan sosial di Indonesia. Melalui hidupnya yang penuh dedikasi, Prof Amal telah menjadi teladan bagi generasi penerus bangsa.
(Virdiya/Usk)