BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Awane Theovilla Yogi, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) asal daerah 3T berhasil raih gelar sarjana. Kisah dan tujuan Awene dalam meraih gelar tersebut membuat siapapun terharu.
Awene mengikuti prosesi wisuda program Sarjana dan Sarjana Terapan UGM pada Kamis (21/11/2024), di Grha Sabha Pramana. Dengan perasaan haru, ia menggenggam erat ijazahnya sebagai lulusan Sarjana Ilmu Ekonomi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Beberapa kali, ia menyeka air mata bahagianya.
Meraih gelar sarjana di UGM bukanlah perjalanan mudah bagi Awane, putri dari pasangan Jonas Yogi dan Theresia Gobai. Perempuan asal Awabutu, Kecamatan Paniai, Papua Tengah ini sejak kecil bercita-cita mendapatkan pendidikan terbaik meskipun berasal dari wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal).
Perjalanan Pendidikan Penuh Tantangan
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Awane melanjutkan ke SMP Santa Maria Bandung. Namun, ketika memasuki kelas IX, ia kembali ke Jayapura untuk menyelesaikan SMP di YPPK Kristus Raja.
Perjalanan pendidikannya terus berlanjut berkat beasiswa ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah), yang membawanya ke SMA Negeri 1 Bojong, Pekalongan. Setelah lulus SMA, ia kembali menerima beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi yang mengantarkannya menimba ilmu di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Di awal masa perkuliahan, Awane mengaku menghadapi banyak tantangan. Ia sempat mengalami tekanan mental karena harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus yang baru dan teman-teman dengan latar belakang berbeda.
“Sempat ragu, saya bisa bertahan atau tidak? Melihat background teman-teman membuat saya kaget dan langsung kena mental. Sempat minder, tapi bersyukur karena apa yang saya bayangkan tidak seperti kenyataan. Teman-teman di kampus ternyata sangat membantu dan suportif”, kenangnya, mengutip laman resmi UGM, Jumat (21/11/2024)
Dengan dukungan teman-temannya, Awane berhasil melewati masa sulit itu. Mereka sering belajar bersama, memberikan bimbingan, hingga meminjamkan materi pelajaran yang belum ia pahami.
“Berkat bantuan mereka, saya merasa tidak sendirian,” ujar mahasiswa angkatan 2017 ini.
Rintangan Besar di Tengah Perjalanan
Namun, perjalanan kuliah Awane tidak selalu mulus. Pada 2019, ia sempat harus mengambil cuti akibat gejolak rasisme terhadap mahasiswa Papua yang terjadi di berbagai daerah. Ia memutuskan kembali ke kampung halaman untuk menenangkan diri.
“Saya sempat berpikir untuk pindah kampus, tetapi mengingat pengorbanan yang sudah saya lakukan, saya memutuskan untuk tetap bertahan,” ungkapnya.
Dukungan keluarga dan teman-teman akhirnya menguatkan Awane untuk melanjutkan pendidikannya hingga ia berhasil menyelesaikan studinya.
Impian untuk Mengabdi ke Kampung Halaman
Setelah menyandang gelar sarjana, Awane memiliki mimpi besar untuk kembali ke kampung halamannya, Awabutu. Ia ingin berkontribusi dalam pengembangan wilayah yang kaya akan potensi alam namun belum dikelola secara optimal.
“Awabutu itu seperti Dieng. Tanahnya subur dan memiliki danau yang indah. Kalau dikelola dengan baik, saya yakin bisa menjadi destinasi wisata unggulan sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat,” ungkapnya penuh semangat.
Selain itu, Awane juga ingin berkontribusi di bidang pendidikan. Ia menyadari, meskipun sudah banyak sekolah berdiri di kampungnya.
Ia mengungkapkan akses pendidikan masih sulit, terutama bagi anak-anak di kampung seberang danau. Bahkan, ibunya yang seorang guru Bimbingan Konseling rela membuka rumah untuk menampung siswa yang membutuhkan tempat tinggal agar bisa melanjutkan pendidikan.
BACA JUGA: Cerita Mahasiswa UGM Raih Penghargaan SDG Pioneer 2024 dari UN Global Compact
“Saya berharap bisa kembali ke Awabutu dan membawa perubahan untuk pendidikan dan ekonomi di sana,” tutup mahasiswa UGM asal Awabutu dengan penuh harapan.
(Virdiya/Usk)