BANDUNG, SUAR MAHASISWA AWARDS — Di balik tumpukan tugas, deretan deadline, dan target IPK, banyak kini mahasiswa mulai bertanya: “Apakah cukup hanya berprestasi secara akademik?”
Di tengah gaya hidup yang semakin kompetitif dan serba cepat ini, tak sedikit mahasiswa yang merasa tertinggal, kehilangan arah, bahkan mempertanyakan eksistensinya. Mereka kerap kali terjebak dalam rutinitas yang melelahkan, namun tidak selalu bermanfaat.
Gaya hidup produktif inilah yang diperlukan mahasiswa saat ini, bukan hanya seorang pelajar, tetapi juga bisa menjadi seorang yang produkif, menjadi diri yang berkarya dan berorganisasi, tidak hanya berpacu pada IPK, tetapi juga pada kontribusi yang nyata bagi masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehAgustiningsih (2019), sebanyak 47,06% mahasiswa mengalami stress akibat tekanan akademik yang berlebihan. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Sari & Marsisno (2023)
yang menunjukkan bahwa 70,6 % mahaiswa juga mengalami stres akademik tingkat sedang, sebagian besar disebabkan oleh faktor intrapersonal seperti kecemasan berlebih dan perfeksionisme.
Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan akademik yang tinggi diimbangi tanpa dengan gaya hidup yang sehat dan seimbang dapat menyebabkan burnot, karena fokus hanya pada IPK cenderung membuat lupa pada aspek pengembangan diri, seperti pengasahan softskill, sosial, dan mental yang tidak kalah pentingnya. Selain itu juga, gaya hidup yang menjadi monoton.
Gaya hidup yang produktif bukan sekedar tentang kesibukan, tetpi tentang bagaimana aktivitas kita membwa pada kebermanfaatan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan mahasiswa antara lain:
1. Manajemen waktu yang sehat
Mengatur waktu belajar, istirahat, hiburan dengan seimbang.
2. Aktif dalam Organisasi/ Komunitas
Belajar kerjasama, komunikasi, problem soulving.
3. Mengembangkan softskill
Melatih public speaking, kepemimpinan, mengembangkan hobby.
4. Menjadi generasi mahasiswa sehat
Memprioritaskan kesehatan mental dan fisik supaya bisa tetap semangat dalam berkarya.
Di tengah gempuran tugas, tekanan akademik, dan ekspektasi sosial, menjadi produktif memang tidak mudah. Namun, produktif bukan berarti sibuk tanpa arah. Menjadi mahasiswa yang berdampak adalah tentang bagaimana kita mengelola waktu, mengembangkan diri, dan tetap peduli terhadap sekitar.
IPK memang penting, tapi itu bukan segalanya. Ada nilai-nilai lain yang tak tercatat dalam transkrip, seperti empati, inisiatif, kreativitas, dan kebermanfaatan sosial. Dan justru nilai-nilai inilah yang akan membentuk kualitas diri jangka panjang.
Kini saatnya mahasiswa bangkit, tidak hanya sebagai pencetak nilai, tapi sebagai pencipta perubahan.
Penulis:
Hasna Putri Aqilah El Mukayyis, Universitas Islam Bandung