Bedog Pangleseran Pangandaran: Pusaka yang Sarat Falsafah Hidup

Penulis: Aak

Bedog Pangleseran Pangandaran
Proses penempaan Bedog Pangleseran (YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

PANGANDARAN, TEROPONGMEDIA.ID — Di sudut Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi, kabut pagi menyapu saung-saung pandai besi sederhana tempat para empu tradisional mengukir sejarah. Di sini, Bedog Pangleseran, golok kebanggaan masyarakat Pangandaran lahir dari tempaan tangan-tangan terampil yang mewarisi ilmu turun-temurun.

Lebih dari sekadar alat pertanian, setiap lengkungan bilah besi ini menyimpan cerita tentang ketangguhan masyarakat pesisir selatan Jawa Barat. Tradisi pembuatan Bedog Pangleseran telah menjadi denyut nadi budaya Desa Cintakara selama puluhan tahun.

Proses pembuatannya yang rumit memadukan teknik metalurgi tradisional dengan filosofi hidup masyarakat Sunda. Mulai dari pemilihan bahan besi berkualitas hingga ritual khusus sebelum pemakaian pertama, setiap tahap mengandung makna mendalam.

Encu, Sang Empu Bilah Bedog Pangleseran

Di bengkel sederhananya yang dipenuhi debu besi, Encu dengan cermat memilah-milah bahan baku untuk bilah Bedog Pangleseran.

“Saya dapatkan dari tukang rongsok, kadang saya yang cari sendiri,” ujar sang pandai besi, mengutip unggahan YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX.

Dengan mata yang terlatih, Encu bisa langsung mengenali kualitas bahan.

“Per (mobil) adalah bahan terbaik. Setelah ditempa dan disepuh pun, bahan ini tak mudah patah meski kena benturan keras,” katanya.

Pengetahuannya tentang logam diperoleh dari para leluhurnya secara turun-temurun. Ia menjelaskan perbedaan mencolok dengan bahan baja biasa.

“Baja kalau sudah disepuh lalu ditempa, pasti patah atau pecah,” ujar Encu.

Di tangan Encu, besi rongsokan berubah menjadi bilah Bedog Pangleseran yang terkenal kuat dan tahan lama.

Setiap pukulan martemnya tak hanya membentuk logam, tapi juga menjaga warisan leluhur yang hampir punah di era modern ini.

Memasuki usianya yang mulai senja, Encu merasa sedikit lega karena ada anak muda bernama Mumu Mulyana yang mau berguru dengan sungguh-sungguh kepadanya. Mumu bersungguh-sungguh ingin mewarisi semua ilmu tentang penempaan Bedog Pangleseran dari Encu.

BACA JUGA

Eksistensi Golok Cibatu Sukabumi dalam Bayangan Kepunahan

Mengenal Kearifan Lokal Majalengka Lewat Drama Silat Musikal Si Saron atau Jawara Ti Kuburan

Filosofi Bedog Pangleseran

Di tangan Atim, sang ahli perah atau gagang golok asal Cikalong, Pangandaran, sepotong tanduk kerbau bisa berubah menjadi mahakarya bernama Perah Sisingaan.

“Ini bukan sekadar gagang golok,” ujar Atim sambil memperlihatkan kuncung (jambul) di ujung perah.

“Ini perlambang Semar, sang penasihat bijak dalam wayang yang turun ke dunia membawa kebijaksanaan.” ungkapnya.

Yanto, kolektor bedog, membuka lembaran makna lebih dalam. Bilah melambangkan keterampilan, perah menyimbolkan hati dan pikiran, sementara sarangka (sarung) adalah aturan yang mengikat.

“Keselarasan ketiganya menciptakan keindahan sekaligus kearifan hidup,” tegas Yanto.

Panji Sisdianto, akademisi budaya, melacak jejak bedog dari zaman batu hingga kini. Dikatakan, awalnya bedog adalah perkakas praktis untuk bekerja, lalu berkembang menjadi senjata, hingga akhirnya dimuliakan sebagai pusaka.

“Bedog menjadi saksi bisu perjalanan hidup masyarakat, dari bertahan hidup hingga membangun peradaban,” terangnya.

Di balik kesederhanaan bedog Seking untuk pekerja, atau kemegahan bedog pusaka, tersimpan cerita tentang manusia yang tak pernah lepas dari tanah dan tradisinya. Setiap lekuk bilah, setiap ukiran perah, adalah puisi tentang kehidupan yang terus bergulir.

Kini, di tengah gempuran produk modern, Bedog Pangleseran tetap bertahan sebagai simbol identitas yang dibanggakan.

Bagi masyarakat Pangandaran, golok ini bukan hanya alat bekerja, tetapi juga penjaga warisan leluhur yang terus hidup dalam genggaman setiap generasi.

(Atep Abdillah Kurniawan)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
hyundai palisade hybrid
Hyundai Palisade Terbaru Resmi di Indonesia, Cuma Hybrid Tak Ada Pilihan Mesin Bensin dan Diesel?
hp tidak bisa whatsapp
Daftar HP Tidak Bisa WhatsApp Lagi, Android Paling Banyak Mantan Flagship Samsung!
Gempa sesar Lembang
Gempa Sesar Lembang Mengancam, Ini Dampaknya!
Pernikahan Al Ghazali
Maia Estianty Unggah Video Haru Jelang Pernikahan Al Ghazali
Gas Alam Cair Terapung
Indonesia Akan Miliki Fasilitas Gas Alam Cair Terapung Terbesar ke-9 Dunia
Berita Lainnya

1

Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Sinden

2

Fokus yang Hilang: Kesadaran Tak Lagi Menyatu dalam Perspektif Psikologi Kognitif

3

Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Hongkong AVC Women’s Nations Cup 2025 Selain Yalla Shoot

4

Quantum AI dan Perang Data: Dunia Dikuasai Algoritma Bagaimana dengan Manusia?

5

Ketika Warna Memiliki Rasa dan Suara Memiliki Rupa: Eksplorasi Kognitif Persepsi Sinestesia
Headline
guru sekolah rakyat
Pemerintah Butuh 1.554 Guru Sekolah Rakyat, Bakal Diangkat Jadi ASN!
BSU 2025-4
BSU 2025 Kapan Cair? Ini Bocoran Waktunya!
Dana Hibah Diselewengkan, Empat Orang Ditetapkan Tersangka
Dana Hibah Diselewengkan, Empat Orang Ditetapkan jadi Tersangka
BSU 2025-3
Ini Notifikasi Tanda Mendapatkan BSU 2025

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.