BANDUNG BARAT,TM.ID: Bencana banjir bandang kembali menerjang Kabupaten Bandung Barat (KBB), kali ini intensitas hujan tinggi menyebabkan sungai Cimeta meluap di Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Rabu (27/3/2024) dini hari.
Derasnya air bercampur lumpur merusak 15 rumah warga di sepanjang bantaran sungai. Tak hanya itu, banjir bandang juga menyebabkan 1 jembatan terputus dan 2 jembatan lainnya rusak.
Genangan air banjir dari luapan sungai Cimeta memiliki arus cukup kuat sehingga melumat apa saja yang dilaluinya. Ari bercampur lumpur ini merendam pemukiman warga dengan ketinggian antara 40-70 centimeter. Wilayah pemukiman yang terdampak tersebar di RW 13, RW 03 dan RW 14.
“Kejadian sekitar pukul 02:00 WIB dini hari, saya posisinya sedang tidur, tiba-tiba terbangun suara berisik di luar dan liat air sudah ada di bawah kasur. Ternyata di luar tetangga sudah ramai bilang ada banjir,” tutur salah seorang warga, Imas (38).
Imas menjelaskan, luapan air masuk ke rumahnya hingga ketinggian 80 centimeter. Melihat hal itu, seluruh penghuni rumah dievakuasi ke tempat aman. Sebagian barang-barang elektronik sempat dipindahkan, namun permukaan air banjir cepat naik sehingga tak bisa diselamatkan.
“Habis semua, kasur, barang elektronik, mobil juga terendam,,” papar Imas.
BACA JUGA: Penyadap Aren Korban Longsor Bandung Barat Belum Ditemukan
Sementara itu, kantor desa Nyalindung telah memetakan kerusakan dampak banjir. Mulai dari pemukiman warga, fasilitas umum jembatan, hingga satu sekolah SDN Nyalindung.
“Total ada 15 rumah yang terdampak, tersebar di 3 RW. Rata-rata tembok jebol akibat air dan membawa sampah serta lumpur,” kata Sekretaris Desa Nyalindung, Asep Hidayat saat dikonfirmasi.
Menurutnya, imbas banjir sebanyak 30 kelapa keluarga (KK) terpaksa mengungsi ke rumah kerabat. Mayoritas rumah yang hancur merupakan hunian yang berdiri tak jauh dekat dengan sungai Cimeta. Adapun jembatan terputus karena tergerus arus sungai terletak di Kampung Guha Mulaya RT 02 RW 14.
“Imbas jembatan terputus warga harus memutar jalan sekitar 3 kilometer. Selain satu jembatan putus, dua jebatan lain di Kampung Cibarengkok RW 13 dan Kampung Tonjong RW 02 rusak berat, pondasinya tergerus, tapi masih bisa dilewati cuma sangat rawan,” tambahnya.
Asep menerangkan banjir bandang sungai Cimeta memang langganan terjadi tiap 5 tahun sekali. Jika membandingkan dengan tahun sebelumnya, banjir kali dianggap paling parah karena debit air lebih besar dan dampaknya meluas.
“Memang langganan tiap 5 tahun, tapi yang sekarang paling besar. Karena kena juga ke rumah-rumah warga yang posisinya di atas,” papar Asep.
(Tri/Dist)