BANDUNG, SUAR MAHHASISWA AWARDS — Kemajuan teknologi digital memudahkan akses terhadap berbagai informasi, termasuk konten pornografi. Bagi mahasiswa, kemudahan ini berpotensi menjadi distraksi kognitif yang mengganggu proses belajar.
Paparan pornografi digital diketahui dapat mengaktifkan sistem reward otak dan memicu pelepasan dopamin, yang berdampak pada penurunan kemampuan atensi dan gangguan fungsi eksekutif, seperti kontrol impuls dan konsentrasi.
Artikel ini mengkaji hubungan antara paparan pornografi dan penurunan fokus belajar mahasiswa melalui pendekatan neurosains dan psikologi kognitif, serta menyoroti implikasi neurokognitif yang menyertainya. Temuan ini diharapkan menjadi landasan bagi pengembangan strategi edukatif dan intervensi psikologis guna memperkuat regulasi diri dalam konteks akademik.
Perkembangan teknologi digital menghadirkan manfaat besar dalam bidang pendidikan dan komunikasi. Namun, di sisi lain, hal ini juga membawa tantangan baru dalam bentuk distraksi digital, salah satunya adalah paparan konten pornografi.
Akses yang mudah dan instan terhadap konten eksplisit menjadikan mahasiswa sebagai pengguna aktif internetrentan terhadap gangguan kognitif yang menghambat proses pembelajaran. Sayangnya, masih terbatas kajian ilmiah yang secara eksplisit menelaah pengaruh konten pornografi terhadap atensi dan implikasi neurokognitif dalam konteks akademik.
A. Pengertian Atensi
Atensi adalah kemampuan mental untuk memfokuskan sumber daya kognitif pada informasi yang relevan sambil mengabaikan gangguan. Menurut Sternberg (2012), atensi berkaitan erat dengan fungsi eksekutif dan memori kerja.
Atensi Selektif: Fokus hanya pada satu stimulus. Contoh: mendengarkan dosen meskipun ada suara kendaraan di luar.
Atensi Terbagi: Membagi perhatian pada beberapa tugas sekaligus. Contoh: mencatat sambil mendengarkan kuliah daring dan membalas pesan di chat.
Keduanya sangat penting dalam pembelajaran, namun dapat terganggu ketika ada stimulus yang kuat seperti pornografi.
B. Paparan Pornografi sebagai Distraksi Kognitif
Paparan pornografi memicu pelepasan dopamin di area nucleus accumbens, bagian dari sistem reward otak, yang memberikan sensasi kenikmatan dan memperkuat keinginan untuk mengulang perilaku tersebut. Aktivasi berlebih ini bisa melemahkan sistem atensi dan membuat otak lebih responsif terhadap stimulus instan dibandingkan tugas-tugas akademik yang memerlukan usaha.
Penelitian Kuhn & Gallinat (2014) menunjukkan bahwa konsumsi pornografi berlebihan berhubungan dengan penurunan volume gray matter pada striatum dan lemahnya konektivitas dengan prefrontal cortex, yang bertanggung jawab atas kontrol diri dan perhatian.
C. Implikasi Neurokognitif
- Gangguan Fungsi Eksekutif, Prefrontal cortex adalah pusat dari fungsi eksekutif, yang meliputi perencanaan, kontrol impuls, dan pengambilan keputusan. Paparan pornografi yang terus-menerus menyebabkan ketidakseimbangan aktivitas antara sistem reward dan sistem kontrol otak, sehingga melemahkan executive function (Volkow et al., 2010).
- Penurunan Inhibitory Control, Mahasiswa menjadi lebih impulsif dan sulit menahan dorongan mengakses konten yang memuaskan secara instan. Hal ini mengganggu fokus belajar dan meningkatkan risiko penundaan tugas (prokrastinasi).
- Beban Kognitif Berlebih (Cognitive Load), Stimulus pornografi dapat memperbesar beban kognitif karena perhatian terbagi antara dorongan internal dan tuntutan akademik, yang berujung pada kelelahan mental dan turunnya performa belajar.
D. Relevansi terhadap Mahasiswa
- Perkembangan Otak di Usia Mahasiswa, Menurut Giedd et al. (2009), frontal lobe baru mencapai kematangan pada usia 25 tahun. Mahasiswa berada pada fase perkembangan ini, menjadikan mereka lebih rentan terhadap gangguan kontrol diri dan impulsif ketika terpapar konten seksual yang bersifat adiktif.
- Data Survei dan Studi Kualitatif, Survei Pew Research Center (2020): >70% mahasiswa mengakses konten dewasa secara rutin; 40% melaporkan kesulitan fokus setelahnya. Owens et al. (2012): Mahasiswa melaporkan perasaan bersalah, menurunnya motivasi akademik, dan gangguan perhatian akibat konsumsi pornografi yang berulang.
E. Strategi Pencegahan dan Intervensi
- Edukasi Literasi Digital dan Seksual, Meningkatkan pemahaman tentang dampak kognitif dari konten pornografi serta mengembangkan kesadaran kritis terhadap kebiasaan digital.
- Latihan Regulasi Diri, Mendorong penerapan teknik mindfulness, manajemen waktu, dan latihan kontrol impuls berdasarkan pendekatan psikologi kognitif.
- Intervensi Psikologis, Mahasiswa yang menunjukkan gejala adiksi digital atau penurunan fungsi akademik perlu mendapatkan akses pada layanan konseling berbasis neurosains dan terapi perilaku.
Paparan pornografi digital dapat menjadi distraksi kognitif yang serius bagi mahasiswa. Mekanisme dopamin yang mengaktifkan sistem reward otak berdampak negatif pada fungsi eksekutif, termasuk kontrol impuls, pengambilan keputusan, dan kemampuan atensi.
Mahasiswa yang masih dalam tahap perkembangan prefrontal cortex sangat rentan terhadap efek ini. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan edukatif dan psikologis yang menekankan pada literasi digital dan penguatan regulasi diri guna menjaga kualitas pembelajaran akademik di era digital yang penuh godaan.
Penulis:
Rita Nur Aini