BANDUNG, TM.ID: Soal isu dugaan adanya kampanye LGBT di Institut Teknologi Bandung (ITB), pihak kampus angkat bicara meluruskan soal kabar tersebut.
Pihak ITB membantah adanya aktifitas kampanye LGBT, dalam kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru 2023 ITB. Hal itu terjadi karena buntut dari viralnya, dugaan kampanye LGBT dan pembatasan waktu shalat magrib dalam kegiatan PMB.
ITB secara tegas menyampaikan kalau semua isu yang beradar di media sosial adalah tidak benar. Direktur Kemahasiswaan ITB, Prasetyo Adhitama yang menyampaikan itu.
Prasetyo mengatakan, soal kabar larangan shalat magrib itu hanya kesalahan teknis saja.
“Acara itu dilaksanakan empat hari, pantia memang sudah mengalokasikan waktu sedemikian rupa, termasuk waktu untuk ibadah shalat lima waktu, termasuk bagi mahasiswa yang ibadah,” ucap Prasetyo Adhitama kepada wartawan.
Hanya saja karena jumlah mahasiswa baru banyak sekitar 5.000 lebih, ditambah dengan panitia maka kalau dihitung mencapai 6.000 orang.
BACA JUGA: Jangan Terjerumus! Ini Dampak Negatif LGBT untuk Kesehatan dan Lingkungan
Dengan jumlah yang banyak, tidak mudah untuk mengatur waktu sedangkan tempat tidak terlalu besar.
“Tetapi saat itu malamnya segera melakukan evaluasi, sepakat untuk mengurangi beberapa acara. Jadi murni ini kesalahan teknis. Saat itu juga sudah kami lakukan evaluasi,” begitu kata dia.
Terkait dengan form angket qusioner, yang mencantumkan pilihan jenis kelamin non biner, menurut Prasetyo kalau hal tersebut sebetulnya dilakkan ketika kegiatan sosialisasi pencegahan dan penanganan kekerasan, yang dilakukan oleh Satgas ITB.
“Kasus angket sendiri yang disebarluaskan, dimana bahwa ada angket lain yang disebarkan tidak teridentifikasi. Ada upaya untuk menyebarkan angket lain. Dan ternyata itu bukan dari kami, itu dari mitra ITB yang memang melakukan hal itu. Dan angket itu yang secara online sudah tidak bisa diakses lagi,” terangnya lagi.
BACA JUGA: LGBT Bisa Sembuh? Ini Menurut Seksolog Dokter Boyke
Prasetyo juga menerangkan soal dugaan orasi pelangi yang dikaitkan dengan isu LGBT. Kata dia sama sekali tidak ada kaitannya atau hubungan dengan LGBT.
Warna pelangi katanya menggambarkan kalau program studi yang ada di ITB cukup banyak. Jumlahnya sekitar 40 program studi dengan bermacam-macam. Hal itu Sudha menjadi tradisi lama sejak tahun 2013. Sehingga hal itu jauh sudah ada sebelum ramai isu LGBT dan warna Pelangi.
“Tapi yang jelas pada hari pertama, kita tetap melakukan evaluasi bersama panitia. Dan panitia menyadari itu dan menjadi pelajaran. Apa yang dulu bukan isu, sekarang bisa menjadi isu, oleh karena itu kita rubah di rundown, awalnya orasi pelangi menjadi orasi warna-warni,”bebernya menjelaskan.