BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID —Prajnaparamita adalah sebuah kumpulan sutra serta komentar yang mewakili salah satu bentuk utama Buddhisme Mahayana.
Secara radika, Prajnaparamita memperluas konsep dasar sunyata ontologis (shunyata) dan banyak yang menyebut sebagai Bunda Semua Buddha, menunjukkan personifikasi perempuan dalam sastra atau kebijaksanaan.
Dalam teks-teks Prajnaparamita, prajna (kebijaksanaan), sebuah aspek dari Jalan Beruas Delapan yang asli, telah menjadi paramita tertinggi (kesempurnaan) dan jalan utama menuju nirwana.
Kebijaksanaan ini melibatkan realisasi dari sifat khayalan dari semua fenomena, tidak hanya di dunia ini seperti dalam ajaran Buddha sebelumnya, tetapi juga di alam transendental.
Periode Kreatif Prajnaparamita
Periode kreatif utama pemikiran Prajnaparamita mungkin berlangsung dari 100 SM hingga 150 M.
Karya paling terkenal dari periode ini adalah Astasahasrika Prajnaparamita (Prajnaparamita Delapan Ribu Ayat). Terjemahan bahasa Mandarin pertama muncul pada tahun 179 M.
Sekitar 18 “edisi portabel” diterbitkan, dengan yang paling terkenal adalah Sutra Intan.
Di kemudian hari, komentar-komentar skematis dan skolastik dihasilkan di biara-biara Madhyamika di India timur, menambah dimensi rasionalis ke dalam gerakan Prajnaparamita.
Isi dan Filosofi
Isi teks-teks ini mencakup negasi ontologis yang radikal, yang dimaksudkan untuk membebaskan roh dalam pencarian pencerahan.
Namun, mereka juga menyediakan alat bantu meditasi seperti daftar angka (matrika) yang ditemukan dalam literatur Abhidharma, serta tokoh-tokoh mitologi yang menarik secara pribadi.
Personifikasi dalam Praktik
Gambar Prajnaparamita yang dipersonifikasikan muncul di India sejak tahun 400 M, tetapi gambar yang diketahui berasal dari tahun 800-an atau lebih.
BACA JUGA: Mengenal Buddha, Perjalanan Spiritualitas Sidharta Gautama
Biasanya digambarkan berwarna kuning atau putih, dengan satu kepala dan dua lengan (terkadang lebih), dan sering memegang atribut seperti teratai, kitab suci, atau mangkuk pengemis.
Gambar prajnaparamita dewa ini tersebar luas di Asia Tenggara, Nepal, dan Tibet, dan dalam Buddhisme Vajrayana Ia digambarkan sebagai permaisuri wanita Adi-Buddha.
(Vini/Aak)