BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Alex Lanier, pemain tunggal putra asal Prancis, semakin menunjukkan tajinya di panggung internasional bulu tangkis.
Pemain muda berusia 19 tahun ini kini menjadi salah satu talenta yang patut diwaspadai, tidak hanya di Eropa tetapi juga di dunia.
Baru-baru ini, Lanier mencetak sejarah baru bagi dunia bulu tangkis Prancis dengan memenangkan turnamen Japan Open 2024, sebuah ajang bergengsi berlevel BWF World Tour Super 750.
Kemenangan di Japan Open tersebut menjadikannya pebulu tangkis Prancis pertama yang berhasil menjuarai turnamen sekelas Superseries Premier, level turnamen yang setara dengan World Tour Super 750 saat ini, di era sebelum peralihan sistem.
Pencapaian ini jelas bukan prestasi biasa, mengingat bulu tangkis adalah olahraga yang didominasi oleh pemain-pemain dari Asia dan Eropa Utara.
Keberhasilan Lanier menjadi bukti perkembangan signifikan bulu tangkis di Prancis.
Namun, meskipun Lanier belum bisa dikatakan sepenuhnya konsisten, performanya setelah kemenangan di Japan Open menunjukkan tren yang positif.
Dia memang tersingkir di babak pertama Korea Open 2024, turnamen Super 500 yang digelar tepat setelah Japan Open, namun kekalahannya dari wakil Hong Kong, Ng Ka Long Angus, terjadi dalam laga yang sangat kompetitif.
Lanier kalah setelah bertarung dalam rubber game dengan skor ketat 20-22, 21-14, 21-23. Kekalahan ini adalah tanda bahwa Lanier tidak mudah menyerah dan tetap memiliki potensi besar untuk terus bersinar.
Penampilan Lanier tidak berhenti di situ. Setelah kekalahan di Korea Open, ia kembali menunjukkan performa gemilang dengan mencapai perempat final Arctic Open (Super 500) dan melaju hingga babak semifinal Denmark Open 2024 (Super 750).
Hasil-hasil ini membuat banyak pihak mulai memandang Lanier sebagai calon penerus Viktor Axelsen, pemain tunggal putra nomor satu dunia asal Denmark. Sebagai pemain yang berasal dari Eropa.
Lanier diharapkan bisa mengisi kekosongan dominasi Eropa di tengah ketatnya persaingan dengan pemain-pemain asal Asia.
Salah satu dampak dari peningkatan performa Lanier adalah lonjakan peringkat dunianya. Menurut laporan dari Badzine.fr, Lanier diprediksi akan naik empat peringkat dalam ranking dunia BWF.
Dari posisi ke-21, ia akan melompat ke peringkat 17, sebuah pencapaian luar biasa bagi pemain yang baru saja menginjak usia 19 tahun.
Sejauh ini, belum ada tunggal putra Prancis yang berhasil mencapai peringkat setinggi ini. Peringkat tertinggi sebelumnya dipegang oleh Toma Junior Popov, yang pernah mencapai peringkat ke-18 dunia.
Keberhasilan Lanier melewati pencapaian para seniornya, seperti Brice Leverdez dan kakak-adik Popov, semakin mengukuhkan posisinya sebagai bintang masa depan bulu tangkis Prancis.
Meski begitu, Lanier tetap rendah hati dan menyadari bahwa kesuksesannya sejauh ini baru merupakan permulaan.
“Saya telah banyak meningkat, dan semua latihan yang saya lakukan bersama INSEP (Institute National of Sports, Expertise, and Performance) berjalan dengan baik,” ujarnya kepada BWFBadminton.com, dikutip Selasa (22/10/2024).
INSEP sendiri adalah pusat pelatihan olahraga terkemuka di Prancis, dan Lanier telah menjadi bagian dari program pelatihan mereka sejak ia berusia 15 tahun.
Bakat bulu tangkis Lanier memang sudah terlihat sejak usia dini. Lahir di Calvados, wilayah barat laut Prancis, Lanier mulai menunjukkan ketertarikan pada bulu tangkis sejak berusia 3 tahun.
Bahkan, di usia 8 tahun, ia sudah memenangkan turnamen junior domestik melawan pemain-pemain yang lebih tua darinya. Seperti yang diungkapkan oleh ibunya, Estelle Lanier.
“Dia selalu bermain melawan pemain yang lebih tua darinya, dua hingga empat tahun lebih tua, dan itu membantunya untuk berkembang lebih cepat,” katanya.
Pengalaman bertanding melawan pemain-pemain yang lebih senior inilah yang membantu Lanier membentuk mentalitas kuatnya di lapangan.
BACA JUGA: Keganasan Alex Lanier di Japan Open 2024, Habisi Chou Tien Chen 2 Gim Langsung di Final!
Sekarang, di usia yang belum genap 20 tahun, ia sudah bersaing dengan pemain-pemain elit dunia di berbagai turnamen besar.
Meski belum genap dua dekade hidupnya, Lanier sudah membawa prestasi yang membuatnya layak diperhitungkan di panggung bulu tangkis dunia.
Namun, Lanier menyadari bahwa perjalanannya masih panjang. Tahun lalu, ia masih bermain di level junior dan meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia Junior 2023, saat Alwi Farhan dari Indonesia berhasil merebut medali emas.
Lanier terlalu cepat untuk Olimpiade Paris 2024, tetapi tahun ini menjadi titik transisi penting dalam kariernya.
“Saya bangga dengan fase penguatan ini, tetapi jika melihat gambaran keseluruhan, ini baru permulaan,” kata Lanier.
Keberhasilan Alex Lanier di kancah internasional tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Prancis, tetapi juga menjadi sinyal bahwa regenerasi dalam dunia bulu tangkis Eropa tengah berjalan dengan baik.
Di tengah fase transisi setelah Olimpiade Paris, Lanier muncul sebagai salah satu harapan besar Eropa.
Jika dia terus menunjukkan peningkatan dan konsistensi, bukan tidak mungkin ia akan menjadi salah satu bintang terbesar bulu tangkis dunia di masa mendatang, bahkan bisa menjadi juara dunia di usia yang masih muda.
(Budis)