JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) meresmikan sekaligus melepas Tim Ekspedisi Patriot, Senin (25/8/2025). Program ini digagas Kementerian Transmigrasi dengan melibatkan 2.000 peneliti, guru besar, dosen, dan mahasiswa S1 hingga S3.
Mereka akan diterjunkan ke 154 kawasan transmigrasi di seluruh Indonesia. Misi utama ekspedisi ini adalah melakukan riset dan pemetaan potensi ekonomi daerah.
“Tujuannya adalah melakukan riset dan kemudian pemetaan terhadap potensi ekonomi yang ada di daerahnya,” kata AHY di Balai Kartini, Jakarta pada Senin (25/8/2025).
AHY menekankan hasil riset tidak hanya bermanfaat bagi Kementerian Transmigrasi, tetapi juga bagi pemerintah secara keseluruhan. Pemetaan potensi ekonomi diharapkan menjadi dasar penciptaan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Menurutnya, ada kawasan transmigrasi yang telah berkembang, namun masih banyak yang belum optimal. Karena itu, keterlibatan akademisi, dunia usaha, dan pemerintah daerah dipandang penting untuk mengatasi ketimpangan.
“Riset dan potensi ekonomi akan memberikan masukan yang berarti bagi pemerintah secara keseluruhan,” ujarnya.
Kolaborasi Pemerintah, Dunia Usaha, dan Akademisi
Dalam skema ini, Kementerian Transmigrasi menyiapkan lahan dan tenaga kerja. Dunia usaha diharapkan membawa modal, investasi, serta teknologi, sementara akademisi berperan memberi rekomendasi sektor potensial yang bisa dikembangkan.
“Peran akademisi dari kalangan kampus juga sangat penting untuk memberikan masukan sektor mana yang dapat dikembangkan,” jelas AHY.
Kolaborasi ini diharapkan mampu mendukung program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dan pengurangan ketimpangan antarwilayah.
Meski pemerintah optimistis, sejumlah catatan kritis muncul. Sejak lama, program transmigrasi kerap menghadapi masalah seperti akses infrastruktur terbatas, rendahnya dukungan modal, dan minimnya fasilitas sosial.
Baca Juga:
Tanggapi Isu Kenaikan Iuran, Dirut BPJS Kesehatan: Tanya ke Sri Mulyani
Beberapa kawasan memang berhasil berkembang, namun sebagian lainnya masih tertinggal. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai sejauh mana hasil riset ekspedisi benar-benar akan ditindaklanjuti oleh pemerintah, bukan sekadar seremonial.
Program ini juga menuntut komitmen kuat dari dunia usaha, yang sering kali ragu berinvestasi di daerah transmigrasi karena risiko tinggi dan minimnya jaminan infrastruktur dasar.
AHY menegaskan bahwa keberhasilan program sangat bergantung pada kerja sama lintas sektor. Ia menambahkan, agenda ini juga merupakan prioritas Presiden Prabowo Subianto.
(Dist)