BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Perdebatan sengit sempat terjadi saat debat kedua Pilkada Jawa Barat 2024 digelar pada Sabtu (16/11/2024), antara pasangan calon Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie dengan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan.
Kedua paslon ini memperdebatkan soal buruknya kualitas udara di kawasan industri, mulai dari Cikampek hingga Purwakarta. Pasangan Syaikhu-Ilham dan Dedi-Erwan terlihat memiliki pandangan berbeda menyoal penanganan polusi di wilayah industri.
Syaikhu-Ilham fokus pada penerapan sanksi tegas, sementara Dedi-Erwan ingin ada integrasi dan eksekusi yang sejalan antara pusat dan daerah dalam penanganan masalah lingkungan, termasuk polusi.
Perdebatan mulai saat Syaikhu mengkritik soal bau menyengat di Cikampek yang ia sebut sebagai cerminan buruknya pengelolaan lingkungan di wilayah yang pernah dipimpin Dedi Mulyadi sebagai Bupati Purwakarta dua periode.
“Kualitas lingkungan hidup di Purwakarta dan sekitarnya belum baik. Apa langkah konkret yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini?,” Tanya Syaikhu dalam debat yang digelar di Cirebon itu.
Dedi kemudian menjawab dan menjelaskan soal kontribusinya dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup di Purwakarta. Meski begitu, dia mengakui kebijakan yang ada saat ini memang belum terintegrasi dengan baik.
“Masalah kita adalah tingkat kebijakan yang belum terintegrasi serta kurangnya eksekusi. Jika kami terpilih, semua akan menjadi prioritas untuk diselesaikan,” kata Dedi tegas.
Hal ini kemudian dibantah oleh Syaikhu. Menurutnya, pengukuran kualitas udara yang lebih transparan dan tindakan konkret lebih penting untuk mengatasi polusi.
“Ambang batas pengukuran polusi harus jadi perhatian serius. Selain itu, perlu ada sanksi tegas untuk pelanggar lingkungan sebagai efek jera,” kata Syaikhu.
BACA JUGA: Ini Alasan Unpad Jadi Lokasi Debat Perdana Pilkada Jabar 2024
Dedi kemudian merespon pernyataan Syaikhu. Dia mengaku bahwa indikator kualitas udara di kawasan itu salah satu yang mengusulkan adalah dirinya sendiri.
“Saya termasuk yang mengusulkan pemberian indikator kualitas udara di kawasan industri untuk memantau kondisi lingkungan secara berkala,” kata Dedi.
(Kaje/Usk)