BANDUNG, TM.ID : Kepastian Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil bergabung secara resmi ke Partai Golkar, menjadi sinyal bahaya bagi para lawan politiknya pada Pemilu 2024 mendatang.
Gebrakan politik di kancah nasional tersebut tak ubahnya Joko Widodo (Jokowi) pada saat melenggang ke arena Pilgub DKI Jakarta dari karir sebelumnya sebagai Wali Kota Solo, yang tak lama kemudian berani bertarung di arena Pilpres, lalu berhasil memenangkan kursi Presiden RI.
Di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu sore pekan ini Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil resmi menjadi kader Partai Golkar dengan jabatan Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Pemilih dan co-chair Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar.
Keputusan tersebut menjadi jawaban akan lika-liku perjalanan politik pria yang akrab disapa Kang Emil selama setahun ke belakang ini.
Partai Golkar menjadi “pelabuhan” Ridwan Kamil di kancah perpolitikan Indonesia. Langkah tersebut juga menjadi bukti keseriusannya maju bertarung di kancah politik nasional.
Terlebih, selama ini sosok Ridwan Kamil sering disebut-sebut sebagai salah seorang bakal calon presiden atau wakil presiden pada Pemilu 2024 dari nonpartai.
Sinyal bergabungnya Ridwan Kamil ke Partai Golkar makin nyaring saat dirinya mengunggah sebuah video di akun Instagramnya @ridwankamil, pada Rabu pagi.
Dalam video tersebut, Kang Emil mengendarai sepeda motor skuter warna kuning ditemani buah hatinya, Arkana Aidan Misbach, mengelilingi sejumlah ruas jalan di Kota Bandung, Jawa Barat. Kuning adalah warna dominan lambang Partai Golkar.
Ridwan Kamil menyebut ada sejumlah alasan dirinya memutuskan untuk bergabung ke parpol berlambang pohon beringin itu.
Pertama, Partai Golkar sebagai partai tengah, partai yang pancasilais dan terbuka atau inklusif. Kedua, sejarah panjang Partai Golkar menunjukkan sebagai institusi politik yang terhormat.
Alasan ketiga lantaran hubungan dan komunikasi baik yang terjalin antara dirinya dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, sebuah hubungan politik yang tidak melulu matematis tapi humanis.
Berdasarkan sejarahnya, ia pun menilai Partai Golkar sebagai parpol yang selalu fokus dan konsisten melakukan pembangunan sampai dengan hari ini.
Atas dasar itu, mantan Wali Kota Bandung itu mengatakan sudah mendapat restu pula dari keluarganya untuk bergabung sebagai kader partai tersebut.
Jika menelisik kembali tahun lalu, rencana Ridwan Kamil bergabung ke Partai Golkar sebenarnya sudah terdeteksi sejak pertengahan 2022.
Saat itu, Ridwan Kamil yang ingin berlaga pada Pemilu 2024 mengaku sedang mencari kendaraan politik alias partai. Ia memberi sinyal kedekatannya dengan Golkar sejak menghadiri Munas IX Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), sayap Partai Golkar, di Kota Bandung pada Juni 2022.
Selain itu, dia juga sempat bertandang ke kediaman Airlangga di Jakarta pada Juli 2022.
BACA JUGA: Inilah Tiga Alasan Kuat Kenapa Ridwan Kamil Rela Jadi Kader Partai Golkar
Semesta mendukung
Pengamat politik Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Philips J. Vermonte mengatakan langkah Ridwan Kamil yang memutuskan bergabung ke Golkar bisa memperkuat daya tawar partai politik tersebut.
Langkah orang nomor satu di Provinsi Jawa Barat bergabung ke Partai Golkar itu dinilai tepat dan strategis bagi kedua belah pihak.
Emil dinilai bisa mewarnai kiprah partai politik dalam menjalankan fungsinya yakni sebagai pengawas, pembuat undang-undang, fungsi perwakilan, dan anggaran.
Dari empat fungsi itu, tiga di antaranya fungsi teknokratis dan ketiganya ada di dalam Ridwan Kamil.
Phillips menilai keputusan Emil merupakan langkah strategis dan menguntungkan jika dilihat dari latar belakangnya yang teknokratis.
Pengalaman Emil di bidang eksekutif, juga sebagai arsitek yang paham di bidangnya, akan menambah kemampuan Golkar untuk bisa tetap menjadi partai teknokrat sebagaimana awalnya dibentuk oleh golongan karya.
Semesta, ujar dia, seolah mendukung ketika Ridwan Kamil memutuskan masuk Partai Golkar.
“Jadi, seperti natural dan sudah waktunya. Yang kita inginkan adalah partai politik yang kuat, demokratis, dan inovatif. Kalau partai tidak diperkuat oleh orang-orang seperti Kang Emil, tujuan itu tidak akan tercapai,” kata Philips.
Di sisi lain, langkah tersebut juga tepat bagi karier politik Ridwan Kamil. Setelah era otonomi daerah, banyak calon pemimpin nasional muncul dari daerah.
Presiden Joko Widodo, misalnya, merupakan “anak kandung” desentralisasi, sebagai presiden buah dari desentralisasi.
Desentralisasi mendorong masyarakat untuk mengevaluasi, mana kepala daerah yang baik atau yang tidak cakap dalam memimpin. Yang cakap mendapatkan kepercayaan sekaligus penghargaan dari masyarakat untuk meniti karier kepemimpinan.
Pun demikian dengan sosok Ridwan Kamil, yang dinilai sebagai gubernur yang lahir dari otonomi daerah, terpilih sebagai wali kota, kemudian menjadi gubernur.
“Ini menambah deretan stok calon pemimpin nasional yang datang dari kepala daerah,” katanya.
Berkaitan dengan pemimpin potensial, ia menilai keputusan Ridwan Kamil berbaju parpol sudah sesuai jalur dan aturan konstitusional terlebih jika ingin ikut kontestasi di level nasional.
Masuk parpol merupakan konsekuensi logis seorang Ridwan Kamil, sebagai salah seorang kepala daerah yang dalam hasil survei memiliki popularitas dan elektabilitas cukup solid, baik sebagai kandidat calon presiden maupun calon wakil presiden.
Bagi Golkar, Emil juga potensial sebagai vote getter pada Pemilu 2024.
Jadi, hubungan Ridwan Kamil dengan Partai Golkar itu simbiosis mutualisme.
Ridwan Kamil juga dinilai bakal mendapat keuntungan dengan masuk Partai Golkar karena bisa mewarnai keputusan partai tersebut.
Emil dikenal sebagai sosok inovatif dan dekat dengan pemilih muda. Nilai plus ini bakal mewarnai Partai Golkar termasuk dalam proses politiknya di Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB.
(Budis)