BANDUNG,TM.ID: Simak ulasan mengenai asal usul Puthu Lanang, kuliner khas Malang, Jawa Timur yang melegenda. Penganan yang berbahan dasar tepung beras dan gula merah ini menjadi makanan favorit Presiden RI ke-2, Soeharto.
Bahkan sang Presiden kala itu langsung mengundang Siswoyo yang merupakan anak dari pendiri Puthu Lanang, yaitu Supiah, untuk langsung mengantarkan pesanan Puthu Lanang ke kediamannya.
“Dua kali saya ke Cendana membuatkan pesanan langsung dari Pak Harto sekitar tahun 1980-an,” kata Siswoyo, dikutip dari laman Pemkot Malang.
Asal Usul Puthu Lanang
Sebelum beredar, nama kudapan ini dinamai Puthu Celaket. oleh Supiah. Namun, saat itu banyak penjual puthu menggunakan nama yang sama. Supiah yang merupakan pendiri puthu celaket pada tahun 1935, menerima banyak pertanyaan dari para pelanggan setianya.
Mereka menanyakan apakah puthu celaket ini membuka cabang di tempat lain. Ternyata Supiah menegaskan tidak pernah membuka cabang. Pelanggan setianya pun akhirnya memberi saran untuk membuat hak paten dengan nama baru.
“Tahun 2.000-an, saat itu ibu saya belum punya cucu laki-laki, jadi saya spontan saja nyebut Puthu Lanang. Selain itu kan ada puthu ayu, kok gak ada temennya. Ya akhirnya muncullah nama Puthu Lanang,” ungkap Siswoyo.
Atas spontanitas anaknya itu, puthu celaket sekarang berubah nama menjadi puthu lanang. Puthu merupakan salah satu jajanan pasar yang terbuat dari tepung beras, parutan kelapa dan gula merah.
Prinsip yang dijaga
Kudapan manis ini memiliki prinsip yang konsisten untuk mempertahankan kualitas produknya, yaitu “Jual mau, beli mau”, yang artinya ialah ketika akan menjual sebuah produk, punjual haru mau mengkonsumsi produk yang dijulanya.
Alasannya, karena si penjual yakin produk yang dibuat bersih, enak dan aman untuk dikonsumsi. Inilah alasan kualitas dan cita rasa produk puthu lanang tetap terjaga.
Siswoyo mengatakan bahwa puthu lanang ini tidak hanya digemari oleh masyarakat malang, tapi juga orang Belanda dan Jepang. Dulu ibunya, fasih bahasa jepang dan beberapa bahasa lainnya, sehingga memudahkannya berkomunikasi dengan orang Belanda dan Jepang yang pada saat itu tinggal di Malang.
BACA JUGA: Kampung Budaya Sindangbarang, Tempat Wisata Healing dan Edukatif di Bogor
Puthu Lanang ini bisa Anda jumpai di gang buntu, Kawasan Jalan Jaksa Agung Suprapto, lebih tepatnya berada di sebelah dealer Kawasaki Motor.
Kudapan manis ini tidak pernah sepi pembeli dan bahkan untuk mendpaatkannya harus rela mengantri, dalam sehari terjual 600-700 porsi, dengan harga Rp10 ribu per porsinya. Buka setiap hari dari pukul 17.00-21.00 WIB, tapi kadang sebelum pukul 21.00 WIB sudah ludes diterjual.
(Vini/Aak)