BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Donald Trump berhasil meraih kemenangan dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024. Trump berhasil mengalahkan pesaing dari Partai Demokrat, Kamala Harris, dalam kontestasi yang penuh ketegangan dan dinamika politik yang sengit.
Kemenangan Trump secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi beberapa sektor bisnis, termasuk yang dimiliki oleh Elon Musk. Saham perusahaan otomotif Tesla Inc milik Elon Musk naik lebih dari 14,8 persen hingga menjadi 289,4 dolar AS pada sesi pre-market pada Rabu (6/11/2023), pasca kemenangan Trump.
Sementara saham produsen kendaraan listrik pesaingnya anjlok. Nio, yang berkantor pusat di Shanghai, turun 5,3 persen. Saham produsen truk listrik Rivian ikut turun 8,3 persen dan Lucid Group turun 5,3 persen.
Keuntungan yang didapat Elon Musk melalui Tesla tentu bukan tanpa alasan. Belakangan ia menjadi salah satu pendukung vokal Trump. Dalam tiga bulan terakhir, Musk bahkan menyumbang lebih dari 100 juta dolar AS (setara Rp1,57 triliun) kepada sebuah komite aksi politik bernama America PAC yang mendukung Trump.
Seperti diketahui, berdasarkan hasil perhitungan cepat yang dirilis oleh AP VoteCast, Trump unggul atas Harris dengan perolehan lebih dari 71 juta suara. Trump berhasil meraih suara mayoritas di 31 negara bagian. Dalam hal suara elektoral, Trump meraih 277 suara dari total 538 suara elektoral, sedangkan Harris hanya mendapatkan 224 suara elektoral.
Dalam sistem pemilihan Presiden AS, calon yang memperoleh minimal 270 suara elektoral akan keluar sebagai pemenang. Dengan hasil ini, Trump dapat dipastikan memenangkan Pilpres AS 2024 dengan meraih suara populer dan suara elektoral terbanyak kendati masih harus menunggu pengumuman resmi.
BACA JUGA: Tiongkok Ucapkan Selamat atas kemenangan Donald Trump
Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga (UNAIR), Agastya Wardhana, melihat dukungan Musk kepada Trump bisa dibaca sebagai upaya untuk mengamankan posisi Tesla di tengah kebijakan Trump ke depan. Musk sadar, Trump sebenarnya anti terhadap kendaraan listrik atau electric vehicles (EV).
“Di awal [Trump] ingin mengganti total kebijakan Biden terkait subsidi kendaraan listrik, kemudahan kredit, dan kebijakan-kebijakan pro-EV yang dibuat oleh Biden. Lalu Elon Musk masuk dan mengetahui secara sadar ‘loh Donald Trump itu anti-EV’,” jelasnya seperti teropongmedia kutip dari tirto.
(Usk)