BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Harga CPO (minyak sawit mentah diperkirakan akan stabil hingga akhir tahun ini, dengan rata-rata USD800/metrik ton (MT) Sedangkan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit masih diperkirakan masih di atas Rp2.000/kg.
Harga TBS merupakan rata-rata harga TBS umur 10-20 tahun. Harga ini ditetapkan oleh Gubernur Provinsi Riau, Kalimanatan Barat dan Sumatera Utara sebagai sentra penghasil sawit.
“Sementara Harga CPO merupakan referensi Kementerian Perdagangan, per Juli 2024 sebesar USD800,75/ MT. Mengalami kenaikan sebesar USD21,93 atau 2,82 persen dibandingkan periode Juni 2024 yang tercatat sebesar USD778,82/MT,” kata Analis Kebijakan Madya Pusat Kebijakan Pendapatan Negara (PKPN) Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Nursidik Istiawan, dalam Press Tour ‘Kontribusi Sawit pada APBN dan Perekonomian’, di Belitung, Rabu (28/8/2024).
Menurut Nursidik, ada sejumlah faktor yang mendorong kenaikan harga CPO. Di antaranya, peningkatan harga minyak kedelai dan harga minyak mentah dunia.
“Selain itu terjadi peningkatan permintaan CPO, utamanya dari India dan Tiongkok. Namun kenaikan permintaan tersebut tidak mampu diimbangi dengan peningkatan produksi,” ujar Nursidik.
Menurut dia, produksi CPO di Indonesia digunakan untuk kebutuhan dalam negeri sebesar 42 persen dan ekspor sebesar 58 persen. Namun, sejak tahun 2011, ekspor CPO sudah bergeser ke produk turunannya.
Di tahun 2023, ekspor sawit hanya 10 persen, sedangkan ekspor produk turunannya mencapai 90 persen. “Ini menunjukkan hilirisasi sawit di Indonesia berjalan dengan baik. Nilai ekspor sawit beserta turunannya pada tahun 2023 mencapai USD23,9 miliar dolar AS,” ujar Nursidik.
Adapun produk turunan sawit contohnya minyak goreng, margarine, lemak coklat, kosmetik dan biodiesel. Untuk biodiesel, sejak tahun 2023 pemerintah telah meningkatkan mandatory Biodiesel dari 15 persen menjadi 35 persen (B35).
Sementara Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Eddy Martono mengatakan, dengan hilirisasi ekspor bahan baku CPO makin menurun. Tahun 2020, ekspor bahan baku CPO sekitar 21,26 persen dari total produk sawit Indonesia, tahun 2023 ekspornya turun menjadi 10,12 persen.
BACA JUGA: Tok! Indonesia Resmi Punya Bursa CPO
Meski demikian, tambah Eddy, kontribusi sawit pada pendapatan negara masih cukup besar. Tahun ini, hingga Mei 2024 kontribusi sawit pada devisa negara mencapai USD9,78 miliar atau setara dengan Rp151,9 triliun.
Menurut Eddy, naik turunnya harga minyak sawit di pasar dunia ikut mempengaruhi besarnya kontribusi sawit pada penerimaan negara. Termasuk kebijakan di sektor sawit, seperti peremajaan tanaman sawit untuk menjaga produktivitas.
(Usk)