BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Hari Jumat menunjukkan makna keistimewaan dan keagungan, dan merupakan satu-satunya hari yang namanya diabadikan dalam Al Quran.
Disebutkan dalam hadist HR Bukhari, bahwa hari Jumat merupakan hari berkumpulnya kaum muslimin di masjid untuk menjalankan salat disertai mendengarkan dua khutbah terlebih daulu.
Mengutip laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), Rasulullah SAW mengabarkan dalam hadits, begitu banyak keistimewaan pada hari Jumat, di antaranya adalah keutamaan berdoa pada Jumat.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ فِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا
“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ membicarakan perihal hari Jumat. Beliau mengatakan, “Pada hari Jumat itu ada satu saat, tidaklah seorang hamba Muslim mengerjakan sholat lalu dia berdoa tepat pada saat tersebut melainkan Allah akan mengabulkan doanya tersebut.” Kemudian beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya saat tersebut.” (HR Bukhari, no 936).
Dalam riwayat lain disebutkan pula:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ سَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
“Dari Abu Hurairah dari Rasulullah ﷺ beliau bersabda, “Pada hari Jumat ada suatu waktu yang bila seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah bertepatan dengan waktu tersebut, Allah pasti memberinya.” (HR Nasa’i, no 1432)
Sabda Rasulullah SAW di atas menginformasikan bahwa waktu dikabulkannya doa salah satunya pada hari Jumat. Hal tersebut menjadikan hari Jumat menjadi utama dibanding dengan hari-hari lainnya.
Selain itu, menunjukkan bahwa hari tersebut memiliki keutamaan dan anjuran untuk memperbanyak doa agar memperoleh keutamaan yang Rasulullah SAW kabarkan sebelumnya.
Pada zaman Jahiliyah, hari Jumat disebut dengan yaum al-arubah. Ka’ab bin Lu’ay menjadi orang pertama yang menyebutnya dengan hari Jumuah.
Hal ini disebabkan ketika penduduk Madinah berkumpul, kemudian seseorang dari kaum Anshar bertanya terkait umat Yahudi dan Nasrani yang memiliki hari-hari tertentu untuk berkumpul.
BACA JUGA: Link Download Buku Kultum, Khutbah Jumat Ramadhan dan Idul Fitri 2024
Umat Yahudi memiliki waktu berkumpul di hari Sabtu. Sedangkan umat Nasrani memiliki waktu berkumpul di hari Minggu.
Oleh karena itu, mengutip pendapat dari As Shabuni menjelaskan dalam Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni bahwa umat Islam menjadikan hari Arubah sebagai hari yang dimanfaatkan untuk berkumpul dan beribadah kepada Allah, mensyukuri segenap nikmat-Nya, serta memperbanyak berzikir mengingat-Nya.
Dalam pertemuan itu berlangsung di rumah As’ad Ibn Zurah. Sejak saat itulah Arubah dinamakan Jumat , yang secara harfiah memiliki makna ‘hari berkumpul’. Firman Allah dalam surat Al Jumuah ayat 9:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila (seruan) untuk melaksanakan salat pada hari Jumat telah dikumandangkan, segeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Dengan keutamaan yang Allah SWT berikan pada Jumat, sudah sepantasnya dapat dimaksimalkan setiap Muslim untuk memperbanyak ibadah dan berdoa.
Bukan dalam artian pada hari-hari lain tidak ada keutamaan dan kemuliaan, akan tetapi merujuk pada dua hadits di atas Rasulullah SAW menyebut keutamaan berdoa pada Jumat.
Tidak berlebihan pula apabila hari Jumat memiliki julukan sayyidul ayyam (tuannya para hari). Sebab banyak keutamaan dan keistimewaan yang tidak terdapat di hari-hari selainnya. Wallahu’alam. (Isyatami Aulia, ed: Nashih).
(Aak)